Analisis: Rencana Besar Kim Jong Un untuk Tumbuhkan Ekonomi Korea Utara, Hadapi Kenyataan Pahit
Kim Jong Un menyalahkan sanksi internasional serta krisi yang tidak terduga, termasuk pandemi virus corona dan bencana alam.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Rencana lima tahun yang baru mencakup daftar keinginan yang panjang untuk memperluas hampir setiap kategori industri, dari produksi logam dan kimia hingga pertambangan batu bara, pariwisata, kereta api modern dan lebih banyak angkutan umum.
Korea Utara berencana untuk berinvestasi dalam pembangkit listrik tenaga pasang surut dan nuklir serta "bangunan tanpa karbon dan bangunan tanpa energi sesuai dengan tren perkembangan arsitektur dunia".
Sementara jaringan komunikasi seluler negara itu harus menjadi "generasi berikutnya" secepat mungkin.
Sekira 50.000 apartemen akan dibangun di Ibu Kota Pyongyang dan 25.000 tempat tinggal lainnya di daerah Komdok, yang merupakan lokasi operasi pertambangan besar.
Kim Jong Un meminta kapasitas produksi delapan juta ton semen untuk mendukung proyek pembangunan besar itu.
Baca juga: Kim Yo-jong Muncul Lagi, Adik Pemimpin Korut Kim Jong-un Itu Kecam Keras Menlu Korsel
Peran Pemimpin Negara
Ekonomi Korea Utara bergeser dari sentralisasi penuh setelah banyak pasar swasta dan bisnis bermunculan dalam menghadapi kegagalan pemerintah untuk menyediakan pada 1990-an.
"Meningkatkan ekonomi tidak dapat hanya bergantung pada penyelesaian masalah luar dan hanya akan mungkin setelah melanggar sudut pandang ideologis yang salah saat ini," ungkap Kim Jong Un.
Para pengamat mengatakan, pasar-pasar itu akan bertahan, tetapi ada tanda-tanda pemerintah menegaskan kembali untuk atau membatasi setidaknya beberapa dari reformasi itu.
“Tugas penting adalah memulihkan peran utama dan kendali negara dalam aktivitas layanan perdagangan secara keseluruhan dan melestarikan sifat perdagangan sosialis yang melayani rakyat,” kata Kim Jong Un.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)