Bangladesh Kecam Klaim Pompeo yang Sebut Negara di Kawasan Asia Selatan sebagai Basis Baru Al-Qaeda
Bangladesh kecam pernyataan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang menyebut negara di kawasan Asia Selatan sebagai basis baru kelompok Al-Qaeda.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
Kementerian itu mengatakan, Bangladesh menganggap Pompeo merujuk ke negara itu sebagai kemungkinan lokasi operasi Al-Qaeda sebagai tidak berdasar.
"Jika klaim semacam itu dapat dibuktikan dengan bukti, Pemerintah Bangladesh akan dengan senang hati mengambil tindakan yang diperlukan terhadap kegiatan tersebut," katanya.
Bangladesh menganggapnya "sangat disayangkan, terutama dalam konteks hubungan bilateral yang terus tumbuh antara kedua negara sahabat berdasarkan nilai-nilai bersama, perdamaian dan tujuan bersama", pernyataan itu menggarisbawahi.
Klaim Mike Pompeo
Mengutip Al Jazeera, Pompeo mengatakan, Al-Qaeda telah memusatkan kepemimpinannya di dalam Teheran dan deputi pemimpin Ayman al-Zawahiri saat ini ada di sana.
Dia menambahkan, hubungan antara Teheran dan Al-Qaeda mulai meningkat pesat pada 2015 lalu, ketika pemerintahan Obama, bersama Prancis, Jerman dan Inggris menyelesaikan kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Baca juga: Buntut Rusuh Capitol, Menlu AS Mike Pompeo Ditolak Masuk Negara-negara Eropa
Baca juga: Pompeo Nyatakan Houthi sebagai Kelompok Teroris, Dikhawatirkan akan Perburuk Krisis Yaman
Seperti diketahui, Iran telah lama dianggap sebagai musuh di wilayah tersebut dan sementara ada laporan tentang operasi Al-Qaeda yang menggunakan wilayah Iran.
Al-Qaeda memiliki basis baru. Itu adalah Republik Islam Iran," kata Pompeo dalam pidatonya di National Press Club.
"Saya akan mengatakan Iran sebagai pusat geografis utama Al-Qaeda tapi sebenarnya lebih buruk," katanya.
"Tidak seperti di Afghanistan, ketika Al-Qaeda bersembunyi di pegunungan, Al-Qaeda saat ini beroperasi di bawah cangkang keras perlindungan rezim Iran," tutur Pompeo.
Pompeo Desak Tekanan Internasional terhadap Teheran
Menteri Luar Negeri yang akan meninggalkan jabatannya pada 20 Januari ketika masa jabatan Presiden Donald Trump berakhir, juga mendesak lebih banyak tekanan internasional terhadap Teheran.
Tetapi, Pompeo berhenti menyerukan tindakan militer, dengan mengatakan "jika kami memang memiliki opsi itu, jika kami memilih untuk melakukan itu, ada risiko yang jauh lebih besar dalam menjalankannya".
Baca juga: Menlu Mike Pompeo: China Hanya Kediktatoran yang Rapuh, Takut Pada Rakyatnya Sendiri
Baca juga: Netanyahu Dikabarkan Bertemu Putra Mahkota Saudi dan Pompeo di Arab Saudi
Iran Tanggapi Klaim Pompeo