Penjualan Senjata Meningkat Jelang Pelantikan Presiden AS Joe Biden
Sekelompok demonstran berkumpul di depan gedung DPRD beberapa negara bagian pada Minggu (17/1/2021).
Editor: Hasanudin Aco
Masyarakat mencari senjata untuk melindungi diri.
“Aku sudah berjualan senjata selama 18 tahun. Tak pernah seburuk ini keadaannya,” kata pemilik toko senjata Austin Rohr, dilansir dari CBS.
Amerika sedang berada dalam kondisi tegang.
Sebelumnya, pembelian senjata api secara massal terjadi masyarakat Amerika takut gejolak akan terjadi menyusul merebaknya corona pada Maret 2020.
Kini, pemilihan presiden juga ikut memanaskan suasana hingga puncaknya gerombolan perusuh menerobos masuk Gedung Capitol pada Rabu (6/1/2021).
“Banyak ketakpastian di luar sana, orang-orang ketakutan. Orang-orang ingin melindungi rumah mereka, keluarga mereka, dan kepemilikan mereka,” kata Rohr.
Rohr bercerita, setiap hari banyak pengunjung, yang tak pernah memiliki senjata sebelumnya, datang. Ini membuat tokohnya kehabisan stok senjata dengan cepat.
Menurut Rohr, tak ada cukup banyak senjata untuk mengimbangi pertambahan jumlah pembeli. Ia juga mengaku kekurangan pekerja untuk melayani pembeli.
Pemandangan serupa juga terlihat pada pameran senjata Davenport Gun & Knife di Mississippi Valley Fairgrounds. Sekira 3.500 orang mengunjungi pameran itu dan senjata di pameran itu laris manis.
“Kami kelihatannya telah menjual sekitar 50 persen senjata yang kami miliki,” kata seorang pemilik vendor pada CBS.
Rohr memperkirakan, keadaan seperti ini akan bertahan lama.
“Prediksi kami, akan terus seperti ini selama 2 tahun ke depan,” kata Rohr.
Pasukan tentara diturunkan
Badan penegak hukum Amerika Serikat (AS) sedang mengecek personel Garda Nasional, untuk memastikan tidak ada pembangkang saat pelantikan presiden terpilih Joe Biden.