Iran Gelar Latihan Militer Kelima dalam 2 Pekan di Tengah Ketegangan dengan AS
Latihan militer kelima kalinya dalam dua pekan ini berlangsung beberapa hari setelah AS menerbangkan pembom B-52 berkemampuan nuklir ke Timur Tengah.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Tentara Iran menggelar latihan militer di sepanjang pantai selatan negara itu.
Latihan militer kelima kalinya dalam dua pekan ini berlangsung beberapa hari setelah Amerika Serikat (AS) menerbangkan pembom B-52 berkemampuan nuklir ke Timur Tengah.
Dalam unjuk kekuatan militer itu, Angkatan Darat Iran mengadakan latihan perang darat, udara dan laut di sepanjang pantai Makran dan Laut Oman.
Mengutip Al Jazeera, media pemerintah menayangkan cuplikan dramatis aksi dari lusinan tentara Iran, yang terjun payung dari pesawat.
Sementara gambar yang dirilis oleh militer menunjukkan helikopter serang, tank dan rudal dalam pertempuran serta ratusan personel siap dikerahkan.
Baca juga: Trump Dianggap sebagai Biang Kekacauan, Ketua DPR Nancy Pelosi Minta Otoritas Nuklirnya Dicabut
Baca juga: Sebelum Kapalnya Disita Iran, Korea Selatan Bekukan Dana Rp 129 Triliun Milik Teheran
Militer juga mengatakan akan mengerahkan pasukan tanggap cepat untuk menguji “berbagai taktik kreatif” dan menggunakan penyelam untuk menyelesaikan skenario yang telah ditentukan.
"Saat ini, pasukan darat telah mencapai kemampuan operasional yang cukup besar dalam mengerahkan drone dan rudal," kata Brigjen Mohammad Hossein Dadras, wakil kepala militer Iran.
"Kekuatan Angkatan Darat dalam menanggapi ancaman akan ditampilkan dalam latihan ini," tegasnya.
Baca juga: Pejabat Senior Teheran: Oposisi Iran dan Israel Dicurigai dalam Kasus Pembunuhan Ilmuwan Nuklir
AS Terbangkan Pesawat Pembom di Kawasan Tersebut
Seperti diketahui, latihan itu dilakukan beberapa hari setelah AS sekali lagi menerbangkan pesawat pengebom B-52 ke wilayah tersebut, yang kelima kalinya dalam dua bulan terakhir.
Pemerintahan Donald Trump yang segera berakhir menekan kebijakan "tekanan maksimum" disertai dengan sanksi ekonomi yang keras terhadap Iran.
AS pertama kali menerbangkan pembom menjelang peringatan pembunuhan jenderal top Iran Qassem Soleimani pada 3 Januari 2020 lalu.
Soleimani tewas dalam serangan pesawat tak berawak yang diperintahkan Trump di Baghdad tahun lalu.
Menanggapi meningkatnya kehadiran militer AS, tentara Iran dan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) telah menyelenggarakan beberapa unjuk kekuatan militer di tahun baru.
Tentara melakukan latihan untuk drone buatan lokal dan menembakkan torpedo dari kapal selam buatan lokal.
Sementara IRGC meluncurkan pangkalan rudal bawah tanah yang besar dan menguji rudal jarak jauh yang dikatakannya dapat menghancurkan kapal dan kapal induk musuh lebih dari 1.800 kilometer.
Baca juga: Iran Peringatkan AS, Akan Perkarakan Washington ke Mahkamah Internasional
Tanggapan Menteri Luar Negeri Iran
Pada Minggu (17/1/2021), Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk misi B-52.
Zarif mengatakan, AS harus membelanjakan miliaran militernya "untuk kesehatan pembayar pajak Anda" jika itu dimaksudkan untuk mengintimidasi Iran.
"Meskipun kami belum memulai perang selama lebih dari 200 tahun, kami tidak malu untuk menghancurkan para penyerang," katanya.
Dalam pidatonya pada Selasa (19/1/2021), Panglima IRGC Hossein Salami mengatakan, latihan perang membawa "ketenangan dan kepercayaan" bagi rakyat Iran dan sinyal bahwa Iran tidak akan goyah dalam mempertahankan dirinya sendiri.
"Tangan kami berada di pelatuk yang mewakili bangsa Iran yang hebat," katanya.
Presiden terpilih AS Joe Biden, yang akan menggantikan Trump pada Rabu (20/1/2021), telah berjanji untuk meredakan ketegangan dengan Teheran dengan merevitalisasi kesepakatan nuklir 2015 yang ditarik Trump secara sepihak pada 2018.
Bagaimanapun, Biden mengisyaratkan bahwa Washington mencoba melakukan negosiasi yang lebih luas atas program rudal Iran dan pengaruh regionalnya, sesuatu yang telah ditolak Iran.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)