Biden dan PM Johnson Diskusikan Perlunya Koordinasi Kebijakan Luar Negeri di China, Iran dan Rusia
Boris Johnson mengungkapkan harapannya untuk memperdalam kerja sama menuju 'pemulihan hijau dan berkelanjutan setelah pandemi virus corona (Covid-19).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson berbagi kebahagiaan setelah berkomunikasi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) yang baru, Joe Biden.
Pernyataan tersebut ia sampaikan melalui cuitan dalam akun Twitter resminya pada hari Sabtu kemarin.
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (24/1/2021), Boris Johnson mengungkapkan harapannya untuk memperdalam kerja sama menuju 'pemulihan hijau dan berkelanjutan setelah pandemi virus corona (Covid-19)'.
Johnson merupakan salah satu kepala negara dan pemerintahan pertama di Eropa yang dihubungi Biden setelah menjabat sebagai pemimpin AS.
Selain itu, pengganti Theresa May itu juga menjadi pemimpin Eropa pertama yang berbicara dengan Biden melalui sambungan telepon.
Menurut Downing Street, Johnson mengucapkan selamat kepada Biden atas pelantikannya.
Baik Johnson maupun Biden berharap bisa memperdalam hubungan yang erat antara kedua negara.
Johnson juga 'secara hangat menyambut' keputusan Biden untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Iklim Paris, serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Mereka juga membahas manfaat dari kesepakatan perdagangan bebas potensial antara kedua negara, dan PM Johnson menegaskan kembali niatnya untuk secepat mungkin menyelesaikan masalah perdagangan yang ada," bunyi pernyataan itu.
Kedua pemimpin ini sepakat terkait perlunya koordinasi prioritas kebijakan luar negeri, termasuk di China, Iran, dan Rusia.
Namun, tidak disebutkan secara rinci mengenai kesepakatan perdagangan yang menjadi concern pemerintah Inggris.
Sebelum menghubungi Johnson, Biden telah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador.
Baca juga: Joe Biden Dikabakan Menunggu di Luar Gedung Putih saat Pelantikan karena Staf Dipulangkan oleh Trump
Sebelumnya, Biden resmi menjabat sebagai Presiden AS pada 20 Januari lalu, dalam upacara pelantikan dengan tingkat pengamanan berlapis yang belum pernah terjadi sebelumnya di AS.
Hal itu dilakukan untuk menjaga ketertiban dan keamanan pada upacara pelantikan tersebut.
Bahkan sebanyak 25.000 tentara Pengawal Nasional AS telah diturunkan dan ditempatkan pada banyak titik.
Pihak berwenang AS juga bergerak untuk membatasi akses publik ke area pelantikan karena pandemi yang masih berlangsung, yakni ke National Mall.
Pada Hari Pelantikan, Biden menandatangani beberapa perintah eksekutif, termasuk satu perintah tentang AS yang akan bergabung kembali dengan Kesepakatan Iklim Paris.
Keputusan tersebut secara otomatis membatalkan langkah mantan Presiden AS Donald Trump yang meninggalkan perjanjian itu pada 2017 lalu.