Iran Setuju Gunakan Vaksin Covid-19 Sputnik V dari Rusia dan Siap Memproduksinya
Mohammad Javad Zarif pada Selasa (26/1/2021) mengatakan, Iran menyetujui vaksin Covid-19 Sputnik V Rusia dan berencana mengimpor serta memproduksinya
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Iran menyetujui vaksin Covid-19 Sputnik V Rusia dan berencana mengimpor serta memproduksinya.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif pada Selasa (26/1/2021).
"Vaksin Sputnik V kemarin juga terdaftar dan disetujui oleh Otoritas Kesehatan kami," kata Zarif dalam pertemuan dengan mitranya dari Rusia, Sergey Lavrov.
"Dalam waktu dekat, kami berharap dapat membelinya, serta memulai produksi bersama," tegas Zarif.
Baca juga: Kronologi Penangkapan 2 Kapal Tanker Berbendera Iran dan Panama Jual Beli Minyak di Pasar Gelap
Baca juga: KBRI Tehran Pulangkan Dua ABK Indonesia yang Ditahan 4 Bulan di Iran
Mengutip Al Jazeera, Teheran sebelumnya mengatakan, akan menunggu persetujuan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebelum membelinya.
Iran juga menyatakan, hanya akan bergantung pada vaksin yang dibuat oleh Rusia, India atau China, sementara pihak terakit juga bekerja untuk menghasilkan suntikan buatan sendiri.
Awal bulan ini, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melarang pemerintah mengimpor vaksin dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Lewat unggahan Twitter, Khamenei mengkalim tanpa bukti bahwa vaksin dari AS atau Inggris mungkin menyebarkan infeksi ke negara lain.
Twitter menghapus unggahan dari akun Khamenei yang mengklaim vaksin dari AS dan Inggris "sama sekali tidak dapat dipercaya".
Pihak Twitter mengatakan bahwa postingan tersebut melanggar aturan platform terhadap misinformasi terkait Covid-19.
Pengembang Sputnik V mengatakan vaksin itu lebih dari 90 persen efektif dan beberapa negara di luar Rusia telah mulai mengelolanya, termasuk Argentina.
Rusia pekan lalu mengajukan pendaftaran Sputnik V di Uni Eropa, sementara anggota UE Hongaria melanggar peringkat dan membeli dua juta dosis vaksin sebelum blok menyetujuinya.
Baca juga: Senat Amerika Serikat Bakal Restui Antony Blinken Jadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Joe Biden
Baca juga: Biden Pecat Dokter Kepresidenan yang Kontroversial di Era Trump
Pesan untuk Biden
Sementara itu, Juru Bicara pemerintah Iran mendesak Presiden baru AS Joe Biden untuk mencabut sanksi, yang dikatakan menghambat perjuangan Teheran melawan pandemi COVID-19.
"Karena pemerintahan (Biden) mengklaim tidak anti-sains seperti sebelumnya, orang mengharapkannya untuk membebaskan transfer sumber daya valuta asing Iran, untuk melawan virus corona dan untuk kesehatan dan makanan dan mencabut sanksi perbankan dengan cepat," ungkap Juru Bicara pemerintah Ali Rabiei di televisi pemerintah.
Sanksi yang diberlakukan kembali oleh mantan Presiden AS Donald Trump secara resmi membebaskan makanan, obat-obatan dan persediaan kemanusiaan lainnya, tetapi banyak bank asing telah dihalangi untuk melakukan bisnis dengan Iran.
Rabiei juga mengancam bahwa Iran akan memblokir inspeksi mendadak fasilitas nuklir Iran oleh badan atom PBB jika AS tidak mencabut sanksi.
Pada 2018, presiden saat itu Trump menarik AS keluar dari pakta nuklir 2015 Iran dengan kekuatan dunia yang bertujuan untuk membatasi program nuklirnya dan menerapkan kembali sanksi AS yang telah dicabut berdasarkan pakta tersebut.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)