21 April 2021 Para Peneliti Sains dan Lingkungan akan Bertemu di Kitakyushu Jepang Secara Virtual
ICRC 2021 memanggil semua sarjana dan peneliti untuk berbagi pengalaman mereka untuk meningkatkan pengalaman ilmiah tentang masalah lingkungan.
Editor: Dewi Agustina
![21 April 2021 Para Peneliti Sains dan Lingkungan akan Bertemu di Kitakyushu Jepang Secara Virtual](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/mahasiswa-peserta-training-management-lingkungan.jpg)
Waktu terus berjalan, hingga akhirnya sekarang ada 11 universitas di Indonesia di antaranya Unair, ITS, Undip, Universitas Trisakti dan Universitas Pakuan yang tergabung dalam kolaborasi dengan Universitas Kitakyushu.
Dari pihak Universitas Kitakyushu diwakili oleh Prof. Toru Matsumoto, Prof. Yayoi Kodama, Prof. Miyake Hiroyuki dan Indriyani Rachman, Ph.D sebagai penelitian di Lab Matsumoto.
Mengapa Kota Kitakyushu?
Sulit membayangkan kalau Kota Kitakyushu adalah kota yang pernah memiliki sejarah masalah polusi yang parah.
Berawal dengan berdirinya pabrik baja Yawahata di tahun 1900 dan bermulanya revolusi industri di Jepang.
Lalu bermunculan industri lain yang menunjang, jadi lah kota Kitakyushu merupakan kota industri yang sangat makmur.
Pada saat itu tidak ada yang berpikir bahwa ini merupakan awal dari kerusakan lingkungan.
Banyaknya warna warni asap yang mengepul dari pabrik merupakan simbol kejayaan ekonomi pada saat itu.
Baca juga: Biaya Langganan Rakuten Jepang Dengan Data di Bawah 1 GB Gratis
Dengan berbagai warna asap, tidak heran pada saat itu, semua menyebutkan sebagai Kota Tujuh Pelangi.
Tahun pun berganti, kerusakan lingkungan, Kesehatan masyarakat, menjadi semakin resah dengan keberadaan area industri yang tidak memikirkan Kesehatan lingkungan.
Adalah selat yang memotong antara Distrik Tobata dan Distrik Wakamatsu, selat ini pernah disebut sebagai laut mati, karena memang tidak ada makhluk hidup kecil pun yang hidup di sana.
Airnya berwarna lumpur dan banyaknya zat kimia yang dibuang dari sisa pabrik.
Bermula dari keresahan para ibu-ibu akan Kesehatan anak-anak dan keluarga, maka bergabunglah ibu-ibu di Distrik Tobata untuk meminta kepada pemerintah melakukan tindakan terhadap kerusakan alam dan polusi udara yang parah.
Bayangkan, banyak anak-anak yang menderita infeksi saluran pernafasan, udara bercampur dengan debu.