Muncul Laporan Perkosaan Massal kepada Muslim Uighur di China, AS Serukan Investigasi
Amerika Serikat merasa 'sangat terganggu' soal laporan pemerkosaan sistematis dan pelecehan seksual terhadap wanita Muslim Uighur di Xinjiang, China.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
Joe Biden mendukung dugaan pemerintahan Trump dulu, yakni bahwa China melakukan genosida di Xinjiang terhadap Muslim Uighur.
Tahun lalu, seorang peneliti Jerman menulis laporan yang diterbitkan di Washington soal aktivitas di Xinjiang.
Dia menuduh China melakukan sterilisasi paksa, aborsi paksa, dan program keluarga berencana secara paksa terhadap minoritas Muslim.
Pengakuan Mantan Tahanan Kamp yang Berhasil Kabur
Laporan BBC mengatakan, seorang wanita di Kazakh asal Xinjiang yang sempat ditahan 18 bulan di kamp itu bercerita bahwa dia dipaksa menelanjangi wanita Uighur.
Setelah itu, Gulzira Auelkhan dipaksa memborgolnya dan meninggalkannya dengan pria China.
"Kemudian saya akan meninggalkan wanita di kamar dan seorang pria akan masuk, beberapa pria China dari luar atau polisi."
"Saya duduk diam di samping pintu, dan ketika pria itu meninggalkan kamar, saya membawa wanita itu untuk mandi," jelasnya kepada BBC.
"(Orang-orang China) akan membayar uang untuk memilih narapidana muda tercantik," tambahnya.
Wanita lain yang berhasil kabur dari Xinjiang dan sekarang berada di AS, Tursunay Ziawudun mengaku menjadi korban perkosaan oleh dua atau tiga pria.
BBC menelusuri dokumen perjalanan dan catatan imigrasi Ziawudun untuk memastikan ceritanya, dan penjelasannya soal kamp itu sesuai dengan citra satelit yang dianalisis BBC.
Uighur adalah kelompok minoritas Turki yang sebagian besar Muslim, berjumlah sekitar 11 juta di Xinjiang di barat laut China.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)