Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Buang Sial, Banyak Warga Thailand Ganti Nama yang Lebih Menguntungkan

Mengubah nama dengan harapan dapat meningkatkan prospek masa depan mungkin terdengar ekstrem, tapi ini adalah praktik umum di Thailand.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Buang Sial, Banyak Warga Thailand Ganti Nama yang Lebih Menguntungkan
Hanny Naibaho/Unsplash
Suasana malam di Pattaya City, Thailand 

Somchart, seperti banyak rekannya, mengikuti kitab suci kuno Tamra Taksa, pedoman penamaan yang menggambarkan huruf mana yang dianggap baik atau buruk berdasarkan hari lahir dalam seminggu.

Nama tanpa huruf vokal, misalnya, dianjurkan bagi orang yang lahir pada hari Senin agar tidak mengalami kemalangan.

Setiap orang di keluarga Somchart memiliki nama yang unik dan terdengar agak rumit karena setiap huruf dipilih dengan cermat berdasarkan atribut keberuntungan yang berkaitan dengan ulang tahun mereka.

Setiap huruf dalam nama mereka didasarkan pada astrologi Thailand dan dibagi menjadi delapan kelompok: hubungan sesama manusia, kesehatan, kekuasaan, kehormatan, kekayaan, ketekunan, pelindung, dan kemalangan.

"Ada metodenya, saya tidak memilih huruf secara acak," kata Somchart, yang kini nama depannya adalah Kichthanaphong.

Ketika ditanya apakah dia akan mengubah namanya lagi, Somchart mengatakan bahwa dia mengganti nama belakangnya, untuk menghormati almarhum orang tuanya.

Keluarga Somchart - seperti keturunan Cina lainnya - harus mengubah nama belakang mereka dengan nama belakang Thailand yang rumit dan panjang sebagai akibat dari kebijakan asimilasi selama pemerintahan mendiang Perdana Menteri Plaek Pibulsongkram.

Berita Rekomendasi

Tidak gratis ya, tentunya

Mengganti nama juga bukan hal baru bagi Nasipas, agen real estat berusia 31 tahun.

Ibunya telah mengganti namanya dua kali, pertama setelah mereka bercerai dan yang kedua setelah Nasipas diperingatkan oleh seorang peramal bahwa dia akan meninggal sebelum ulang tahunnya pada tahun yang sama.

Nasipas awalnya ragu ketika seorang peramal memperingatkan bahwa nama belakangnya pada saat itu sangat tidak menguntungkan dan menyarankannya untuk mengubahnya.

"Mengubah nama belakang saya terasa seperti hal yang besar ... tapi dia meyakinkan saya dengan jawabannya: nama keluarga seperti tanah sedangkan nama depan seperti tanaman. Jika tanah dari awal sudah tidak bagus, tanaman tidak akan tumbuh," kata Nasipas kepada DW.

Keseluruhan proses untuk menyewa guru atau orang pintar dan secara resmi beralih nama tentu saja ada harganya.

Nasipas membayar sekitar Rp1.120.000 untuk layanan tersebut, dan sekitar Rp700.000 untuk mendaftarkan nama barunya dalam catatan resmi.

Halaman
123
Sumber: Deutsche Welle
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas