Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Beberapa Warga Wuhan Masih Marah Terhadap Pemerintah Soal Covid-19, Sebagian Memilih Bungkam

Virus ini telah membunuh lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia dan menjungkirbalikkan ekonomi global.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Beberapa Warga Wuhan Masih Marah Terhadap Pemerintah Soal Covid-19, Sebagian Memilih Bungkam
Hector RETAMAL / AFP
Anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyelidiki asal-usul virus corona Covid-19, mengenakan alat pelindung terlihat selama kunjungan mereka ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan Hubei di Wuhan, Provinsi Hubei tengah China pada 2 Februari 2021 . 

TRIBUNNEWS.COM, WUHAN - 'Days and Nights In Wuhan', film dokumenter ini merupakan upaya terbaru China yang dibuat untuk mengendalikan narasi resmi dan membantah 'kesalahan' tentang asal-usul virus corona (Covid-19) yang selama ini ditudingkan pada negara itu.

Virus ini telah membunuh lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia dan menjungkirbalikkan ekonomi global.

Bahkan secara permanen, mengubah apapun yang dianggap biasa oleh kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Namun satu tahun sejak virus ini menyebar, tidak semua penduduk Wuhan mengingat pemberlakuan sistem penguncian (lockdown) selama 76 hari, di mana China dan warganya berhasil menaklukkan virus tersebut, seperti yang ditunjukkan oleh film dokumenter itu.

Dikutip dari laman VOA News, Kamis (11/2/2021), banyak dari penduduk Wuhan yang selamat, kemudian menuntut pertanggungjawaban dari otoritas lokal terkait lockdown yang diberlakukan pada awal Desember 2019.

Mereka juga mengajukan tuntutan terkait pengawasan ketat yang telah dilakukan otoritas setempat yang dianggap mengganggu aktivitas warga.

VOA Mandarin pun mengunjungi kembali beberapa penduduk Wuhan yang telah diwawancarai pada tahun lalu.

Berita Rekomendasi

Berikut refleksi yang mereka sampaikan tentang otoritas Wuhan.

Zhang Yi (55), warga Wuhan yang enggan disuntik menggunakan vaksin asal China.

China adalah salah satu pelopor untuk penelitian vaksin Covid-19, meskipun Sinovac yang dikembangkan perusahaan negara itu dinilai kurang efektif dari apa yang dijelaskan sebelumnya.

Negara itu memang bersiap untuk melakukan vaksinasi pada 50 juta warganya, sebelum liburan Tahun Baru Imlek yang dimulai 11 Februari ini.

Setelah perayaan berakhir pada 17 Februari mendatang, pemerintah China berencana untuk menggelar program vaksinasi gratis secara lebih luas.

Namun tampaknya, ada perlawanan dari sejumlah warga termasuk Zhang Yi.

"Saya tidak akan mau divaksinasi menggunakan vaksin China. Setidaknya orang disekitarku, semua bilang kalau mereka tidak mau menerimanya," kata Yi.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas