Beberapa Warga Wuhan Masih Marah Terhadap Pemerintah Soal Covid-19, Sebagian Memilih Bungkam
Virus ini telah membunuh lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia dan menjungkirbalikkan ekonomi global.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak

Zhang mengaku mendapatkan ancaman, jika ia tidak 'berhenti bicara' maka ia akan dijebloskan ke penjara.
"Mereka bahkan mengikuti saya saat saya kembali ke Wuhan. Setelah saya pindah ke apartemen lain, tiga polisi meninjau rekaman kamera pengintai di lingkungan itu," kata Zhang kepada VOA.
Ia pun menegaskan bahwa dirinya bukan seorang mata-mata dan hanya merupakan warga biasa.
"Saya sangat marah, saya hanya warga negara biasa, saya bukan mata-mata, saya tidak anti-partai," kata Zhang, mengacu pada Partai Komunis China yang berkuasa.
Ia hanya ingin melakukan haknya sebagai warga negara.
"Tuntutan saya untuk akuntabilitas adalah tindakan patriotik," papar Zhang.
Zhang merupakan salah satu dari sedikit warga yang blak-blakan menyampaikan apa yang mereka alami, diantara mereka yang kehilangan orang yang dicintai selama masa pandemi.
Seorang Peneliti senior China di Human Rights Watch, Maya Wang mengatakan warga Wuhan masih memiliki amarah, mengacu pada apa yang dilakukan pemerintah lokal terhadap mereka saat pandemi berlangsung.
Namun tidak semua mau berbicara seperti beberapa warga lainnya.
"Orang-orang diam, bukan berarti amarahnya lenyap. Narasi pemerintah China yang telah memenangkan 'perang' terhadap Covid-19 dikondisikan untuk membungkam mereka yang berbicara tentang kegagalan terkait respons pandemi pemerintah dan pelanggaran yang dilakukan dengan dalih menghentikan penyebaran virus," kata Maya Wang.