Jadi Korban Penembakan Polisi Saat Demo, Wanita Myanmar Ini Meninggal Setelah 10 Hari Dirawat
Seorang pengunjuk rasa wanita di Myanmar yang ditembak di kepala minggu lalu ketika polisi membubarkan kerumunan tewas pada hari ini Jumat (19/2/2021)
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Sri Juliati
Di kota utara Myitkyina, polisi dan tentara yang memakai tongkat untuk menghalau pengunjuk rasa.
Video di media sosial menunjukkan, setelah pemuda mengibarkan tanda dan bendera berkeliling dengan sepeda motor dan menghadapi polisi yang memblokir beberapa jalan.
Bentrokan terjadi di kota, ibu kota Negara Bagian Kachin, selama dua minggu terakhir dengan polisi menembakkan peluru karet dan ketapel untuk membubarkan kerumunan.
Baca juga: Peneliti LIPI: ASEAN Bisa Mainkan Peran Strategis Berdialog dengan Junta Militer Myanmar
Baca juga: Demonstrasi Terbesar di Myanmar, Warga Tolak Klaim Militer dapat Dukungan Publik
Sanksi Simbolis
Inggris dan Kanada mengumumkan sanksi baru.
Jepang juga mengatakan telah setuju dengan India, Amerika Serikat, dan Australia mengenai perlunya pemulihan demokrasi dengan cepat.
Sekelompok kecil penentang kudeta yang berkumpul di luar kedutaan Inggris di Yangon mengatakan, mereka ingin mengucapkan terima kasih atas dukungannya.
Junta Myanmar belum bereaksi terhadap sanksi baru tersebut.
Pada hari Selasa, seorang juru bicara militer mengatakan dalam konferensi pers, sanksi telah diperkirakan.
Baca juga: Cegah Kekerasan Militer, Demonstran Myanmar Gelar Aksi Mobil Mogok di Jalanan
Baca juga: Pertemuan Menlu RI - Brunei Bahas Pekerja Migran Hingga Masalah Myanmar
Pemimpin Junta Min Aung Hlaing sudah mendapat sanksi dari negara-negara Barat menyusul tindakan keras 2017 terhadap minoritas Muslim Rohingya.
"Memberi sanksi kepada para pemimpin militer sebagian besar bersifat simbolis, tetapi tindakan untuk memberikan sanksi kepada militer akan jauh lebih efektif," kata Mark Farmaner, direktur kelompok Kampanye Burma Inggris, dalam reaksi terhadap sanksi tersebut.
Namun demikian, pemimpin pemuda dan aktivis Thinzar Shunlei Yi memuji pembekuan aset Inggris dan larangan bepergian pada tiga jenderal serta langkah-langkah untuk menghentikan bantuan apa pun yang membantu militer.
Baca juga: RI Turun Tangan, Retno Telepon Menlu Se-ASEAN Bantu Masalah Myanmar
Baca juga: Polisi Myanmar Ajukan Dakwaan Tambahan Terhadap Aung San Suu Kyi
"Kami mendesak negara-negara lain untuk memiliki tanggapan yang terkoordinasi dan bersatu."
"Kami akan menunggu pengumuman sanksi Uni Eropa pada tanggal 22," tulisnya di Twitter.