PBB Soroti Krisis Myanmar yang Kian Memanas Setelah 38 Demonstran Anti-Kudeta Tewas
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyoroti krisis Myanmar yang kian memanas, dilaporkan bahwa 38 orang tewas dalam protes anti-kudeta Myanmar.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Gigih
"Kami sangat membutuhkan alat apa pun untuk menghentikan situasi ini. Kami sekarang membutuhkan persatuan komunitas internasional," paparnya.
Baca juga: Polisi Myanmar Tembak Mati 38 Demonstran, Aktivis Pro Demokrasi Bersumpah Terus Melawan
Baca juga: Sosok Angel, Gadis Remaja yang Ditembak Militer di Kepalanya Saat Demo Myanmar, Dunia Berduka
Hampir 1.500 Orang Ditahan
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), yang melacak penangkapan sejak kudeta.
AAPP mengatakan 1.498 orang telah ditahan dengan 1.192 masih dalam tahanan.
Dalam pengarahan malamnya tentang situasi di negara itu, mereka mengutuk penggunaan kekuatan terhadap pengunjuk rasa damai, mengatakan amunisi hidup telah digunakan di tujuh kota di seluruh negeri.
"Militer dan apa yang disebut polisi membuat para pengunjuk rasa damai sebagai musuh, meneror dan mengarahkan senjata mereka ke wajah, dada, kepala, punggung dan perut orang," kata kelompok itu.
Kantor berita Reuters melaporkan, juru bicara dewan militer yang berkuasa di Myanmar tidak menjawab panggilan telepon yang meminta komentar.
Baca juga: Kisah di Balik Perjuangan Kyal Sin, Gadis 19 Tahun Ditembak Kepalanya Saat Demonstrasi di Myanmar
Baca juga: Utusan PBB di Myanmar Sebut 38 Orang Tewas Ketika Aparat Tembaki Demonstran
Suara Tembakan di Sore Hari
Sebelumnya pada Rabu, video dari berbagai lokasi menunjukkan pasukan keamanan menembakkan ketapel ke arah demonstran, mengejar mereka, dan bahkan memukuli kru ambulans dengan popor senapan dan pentungan.
Frontier, majalah urusan terkini terkemuka, melaporkan korban tewas sedikitnya 16 pengunjuk rasa pro-demokrasi, termasuk enam orang di Yangon, kota terbesar di negara itu.
Saksi mata mengatakan pasukan keamanan melepaskan tembakan di sebuah lingkungan di utara kota pada sore hari.
"Saya mendengar begitu banyak tembakan terus menerus. Saya tiarap di tanah, mereka banyak menembak," kata pengunjuk rasa Kaung Pyae Sone Tun (23).
Seorang dokter mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa di kota kedua Mandalay, pengunjuk rasa ditembak di dada.
Sementara seorang lagi, seorang wanita berusia 19 tahun, ditembak di kepala.