Mengapa Jepang Kembali Memperpanjang Deklarasi Darurat Covid-19?
Omi juga melihat keterbatasan bidang medis saat ini masih tetap belum stabil, masih dianggap berbahaya.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jumat (5/3/2021) sore ini Perdana Menteri Jepang akan menyampaikan pernyataan resmi mengenai perpanjangan deklarasi darurat Jepang (PSBB) khususnya di Tokyo, Chiba, Saitama dan Kanagawa.
Apa yang mendasari perpanjangan tersebut dan apa yang diminta para penasihat ahli penyakit menular?
"Latar belakang perpanjangan selain melihat data terinfeksi yang ada juga ada tiga hal penting mesti dipertimbangkan," papar DR Shigeru Omi, Ketua Komite Penasehat Penanggulangan Covid-19 pemerintah Jepang dan Ketua JCHO (Organisasi Komunitas Kesehatan Jepang) sejak 2014, Kamis (4/3/2021) saat rapat parlemen Jepang (Diet).
Pertama menurutnya adalah kepemimpinan daerah.
"Tiap pemimpin daerah haruslah tegas dan cepat tanggap. Supaya gelombang ke empat nantinya tidak muncul lagi, begitu mengetahui adanya bahaya kenaikan jumlah terinfeksi corona, harus segera mengantisipasi dengan tegas. Oleh karena itu pimpinan daerah/wilayah harus selalu memonitor dengan baik perkembangan pandemi ini," papar Omi.
Selain itu Omi juga melihat keterbatasan bidang medis saat ini masih tetap belum stabil, masih dianggap berbahaya.
Baca juga: Pejabat Tinggi Kedutaan Jepang di Indonesia Ternyata Ikut Ditraktir NTT Data
Baca juga: Warga Jepang Penjual Arloji Mahal Swedia yang Palsu Ditangkap Polisi
"Persediaan tempat tidur, tenaga medis, termasuk juga bagian puskesmas (hokenjo) dan infra medis lainnya kami menganggap dengan masih tingginya tingkat pandemi, semua hal tersebut masih belum stabil hingga saat ini."
"Persediaan tempat tidur pasien dan sebagainya masih belum stabil, belum pada tingkat yang mantap, apalagi kalau sampai muncul gelombang ke empat ditakutkan akan kekurangan," ungkap Omi di NTV, Jumat (5/3/2021).
Lalu hal ketiga mengenai fitur corona daerah aslinya belum diketahui sampai kini.
"Kita mungkin tahu lokasi penyebaran antara lain dari restoran dan tempat hiburan malam. Tetapi kita mesti usut sampai ke hal yang aslinya. Misalnya Tokyo itu fitur aslinya corona tersebut berasal dari mana, bagaimana membedakan dengan fitur corona yang terjadi di daerah lainnya, bedanya apa?"
"Jadi tiap fitur corona di tiap tempat terus terang masih belum diketahui awal penularannya dan harus lebih dalam lagi dicari tahu keaslian atau asal mula dari corona yang ada di tiap daerah," jelasnya.
Baca juga: Jumlah Stok Vaksin, Tantangan Terbesar Program Vaksinasi Covid-19 di Indonesia
Baca juga: Ahli: Yang Membantu Selesaikan Pandemi Bukan Vaksin, Tapi Program Vaksinasi
Dengan diketahui sumber dan fitur asli corona tersebut, antisipasi diharapkan dapat lebih stabil dan efektif.
Pengalaman satu tahun pandemi corona ini dianggap Omi sebagai pelajaran sangat berharga dan berharap dalam waktu dekat bisa diantisipasi lebih baik lagi.
Apalagi dengan dimulainya vaksinasi yang sudah dimulai di Jepang sejak bulan Februari lalu, dimulai dari vaksinasi kepada tenaga medis.
Sementara itu bagi WNI yang berkeinginan vaksinasi Covid-19 di Jepang dapat menghubungi Forum BBB, kelompok bisnis WNI yang berdomisili di Jepang dengan email: bbb@jepang.com subject: Vaksinasi