Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengadilan Tinggi Malaysia Putuskan Umat Kristen Dapat Menggunakan Kata 'Allah' Sebagai Tuhan

Pengadilan tinggi Malaysia memutuskan umat Kristen dapat menggunakan kata "Allah" untuk merujuk pada penyebutan Tuhan.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Pengadilan Tinggi Malaysia Putuskan Umat Kristen Dapat Menggunakan Kata 'Allah' Sebagai Tuhan
Pexels.com
Ilustrasi umat Kristen sedang berdoa. - Pengadilan tinggi Malaysia memutuskan orang Kristen dapat menggunakan kata "Allah" untuk merujuk pada penyebutan Tuhan. 

TRIBUNNEWS.COM - Pengadilan tinggi Malaysia telah membatalkan kebijakan yang melarang umat Kristen menggunakan kata 'Allah' untuk merujuk pada penyebutan Tuhan.

Putusan ini ditetapkan sebagai bagian dari kasus yang dibawa oleh seorang penganut Kristen yang materi keagamaannya disita karena mengandung kata "Allah".

Dilansir BBC, kasus ini bermula sejak tahun 2008.

Kala itu, pihak berwenang Malaysia menyita CD berbahasa Melayu milik Jill Ireland Bill, seorang penganut agama Kristen.

Bill sedang berada di bandara saat itu, hingga otoritas kemudian menemukan rekaman miliknya dengan judul yang mengandung kata "Allah".

Penggunaan kata tersebut sebelumnya telah dilarang digunakan oleh umat non-Muslim sejak tahun 1986 untuk kepentingan publikasi.

Baca juga: Kronologi Anggota TNI Berhasil Gagalkan Penyelundupan Sabu 10 Kg di Perbatasan Indonesia-Malaysia

Baca juga: Nenek 29 Cucu di Malaysia Ditangkap Gegara Kepemilikan Sabu

Bill pun mengajukan gugatan hukum terhadap larangan tersebut,

Berita Rekomendasi

Hingga 13 tahun berselang, Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur mengabulkan gugatan Bill pada Rabu (10/3/2021).

Dalam putusannya, Hakim Nor Bee memutukan bahwa kata 'Allah' - bersama dengan tiga kata lain yang berasal dari bahasa Arab, yaitu Kaabah, Baitullah, dan Solat - dapat digunakan oleh umat Kristen.

Sehingga, Bill berhak untuk tidak menghadapi diskriminasi atas keyakinannya.

Hakim Nor Bee juga mengatakan, perintah yang melarang penggunaan empat kata tersebut adalah ilegal dan tidak konstitusional.

"Kebebasan untuk menganut dan mengamalkan agama harus mencakup hak untuk memiliki materi keagamaan," kata Nor Bee.

Ilustrasi penganut agama Kristen sedang berdoa.
Ilustrasi umat Kristen sedang berdoa. (Pexels.com)

Baca juga: Malaysia Deportasi Lebih dari 1.000 Warga Negara Myanmar

Baca juga: Pengadilan Malaysia Perintahkan Istri Mantan PM Najib Ajukan Pembelaan Atas Kasus Korupsi

Kasus Serupa

Ini bukan pertama kalinya pengadilan Malaysia menghadapi perkara mengenai penggunaan kata "Allah".

Dalam kasus terpisah, surat kabar Katolik setempat, The Herald, menggugat pemerintah.

Gugatan dilayangkan setelah pemerintah mengatakan bahwa kata "Allah" tidak dapat digunakan dalam bahasa Melayu untuk menggambarkan Tuhan Kristen.

Pada tahun 2009, pengadilan tingkat yang lebih rendah memutuskan untuk mendukung The Herald.

Pengadilan tersebut mengizinkan umat Kristen menggunakan kata "Allah".

Ilustrasi penganut agama Kristen sedang berdoa.
Ilustrasi umat Kristen sedang berdoa. (Pexels.com)

Keputusan itu pun memicu lonjakan ketegangan agama antara Muslim dan Kristen.

Lusinan gereja dan beberapa ruang ibadah Muslim diserang dan dibakar.

Pada 2013, keputusan tersebut dibatalkan oleh Pengadilan Banding.

Pengadilan akhirnya mengaktifkan kembali larangan tersebut.

Hingga pada Kamis (11/3/2021) ini, menurut The Star, Muafakat Nasional Malaysia, sebuah koalisi politik di negara itu, mendesak agar putusan Pengadilan Tinggi yang terbaru dirujuk ke Pengadilan Banding.

Baca juga: Komunitas Kristen Indonesia di Australia Temukan Arti Natal Sesungguhnya Saat Pandemi

Baca juga: Pemerintah AS Kembali Buka Pengajuan Visa dari 13 Negara Mayoritas Muslim dan Afrika

Kebebasan Beragama di Malaysia

Diketahui, hampir dua pertiga dari populasi Malaysia adalah Muslim.

Namun, ada pula komunitas umat Kristen yang besar di negari Jiran.

Komunitas Kristen ini berpendapat, mereka telah menggunakan kata "Allah" untuk merujuk kepada Tuhan mereka selama berabad-abad.

Kata ini merupakan bahasa Melayu yang berasal dari bahasa Arab.

Di samping itu, Konstitusi Malaysia pun menjamin kebebasan beragama.

Namun, ketegangan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas