Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tak Aku Ada Covid-19 dan Tolak Vaksinasi, Tanzania Dianggap Buta Sains

Menkes Tanzania Dorothy Gwajima menyatakan bahwa negara tersebut tidak memiliki rencana untuk menerima vaksin Covid-19.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Tak Aku Ada Covid-19 dan Tolak Vaksinasi, Tanzania Dianggap Buta Sains
Freepik
FOTO Ilustrasi petugas medis dengan APD - Penyakit misterius di Tanzania menyebabkan penderitanya muntah darah, bahkan ada beberapa yang meninggal beberapa jam kemudian. Negara ini Tak Aku Ada Covid-19 dan Tolak Vaksinasi, Tanzania Dianggap Buta Sains 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, DODOMA - Menteri Kesehatan Tanzania Dorothy Gwajima pada bulan lalu mengadakan konferensi pers yang mendemonstrasikan cara membuat smoothie menggunakan campuran jahe, bawang, lemon dan lada.

Menurutnya, 'resep minuman' ini dapat membantu mencegah seseorang terinfeksi virus corona (Covid-19).

Ia memang tidak memberikan bukti apapun terkait klaimnya itu, namun menyatakan bahwa negara tersebut tidak memiliki rencana untuk menerima vaksin Covid-19.

Sebaliknya, mereka akan 'bergantung' pada tindakan kebersihan, mengukus ramuan herbal, olah raga, dan 'pengobatan alami'.

Baca juga: Sentra Vaksinasi Sudah Berjalan 3 Hari, Jumlah Realisasi Peserta Belum Capai 100 persen

Baca juga: Puluhan Orang di Tanzania Derita Penyakit Misterius, Beberapa Meninggal setelah Alami Muntah Darah

Dikutip dari laman Devex, Kamis (11/3/2021), beberapa pekan kemudian, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengeluarkan pernyataan yang menyebut tanggapan terhadap Covid-19 di Tanzania 'semakin memprihatinkan'.

Ia mendesak agar negara tersebut menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan mempersiapkan program vaksinasi.

Berita Rekomendasi

Meskipun sebelumnya Presiden Tanzania John Magufuli telah membantah adanya Covid-19 di negara itu, namun pada bulan lalu dirinya mengakui bahwa virus itu menyebar dan meminta warganya untuk memakai masker.

Kendati demikian, ia mengimbau warganya untuk lebih 'memanjatkan' doa dibandingkan menerapkan kebijakan sistem penguncian (lockdown) untuk mengatasi krisis akibat pandemi ini.

Bahkan Magufuli juga memperingatkan warganya agar tidak menggunakan vaksin dan menegaskan bahwa' orang Tanzania' akan digunakan sebagai 'kelinci percobaan'.

Ada spekulasi yang menyebar saat ini bahwa Magufuli sendiri kemungkinan telah didiagnosis positif terinfeksi Covid-19, setelah dua minggu tidak muncul di depan publik.

Fasilitas COVAX yakni skema yang diinisiasi oleh sejumlah organisasi termasuk WHO telah memastikan akses yang adil bagi negara-negara berpendapatan rendah terhadap vaksin Covid-19.

COVAX pun mulai meluncurkan pengiriman dosis vaksin ke benua Afrika.

Namun belum jelas terkait apa yang akan terjadi di negara-negara yang telah lama menolak keberadaan Covid-19 atau mengklaim telah menyelesaikan masalah tersebut.

Meskipun telah menerima kritik secara luas atas kebijakan 'menampik keberadaan Covid-19', Tanzania bukan satu-satunya negara di Afrika yang belum tergerak untuk 'menginginkan' vaksin.

Menurut Manajer Area Program untuk Imunisasi dan Pengembangan Vaksin di Kantor Regional WHO untuk Afrika, Dr. Richard Mihigo, ada 4 negara yang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin gratis di bawah instrumen pembiayaan komitmen pasar lanjutan COVAX.

Negara itu meliputi Tanzania, Madagaskar, Burundi dan Eritrea.

Namun mirisnya, hingga kini 4 negara itu belum menyelesaikan persyaratan yang diperlukan.

CEO Amref Health Africa, Dr. Githinji Gitahi mengatakan bahwa pola pikir 4 negara itu tentunya tidak hanya akan merugikan warganya saja, namun juga negara tetangga serta dunia.

Menurutnya, negara-negara itu bisa dianggap tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan (sains).

"Sangat disayangkan bagi warganya, sangat disayangkan bagi negara tetangga mereka, dan sangat disayangkan bagi dunia karena secara khusus dapat dikatakan bahwa mereka tidak mengikuti sains," kata CEO Amref Health Africa, Dr. Githinji Gitahi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas