Ilmuwan Ingin Kirim 6,7 Juta Sampel Sperma ke Bulan untuk Lestarikan Populasi Manusia
Sejumlah ilmuwan menyusun rencana untuk melestarikan populasi manusia dengan mengirim sampel sperma ke bulan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
"Kami masih bisa menyelamatkan mereka sampai kemajuan teknologi untuk kemudian memperkenalkan kembali spesies ini, dengan kata lain, simpan mereka untuk hari lain," katanya.
Meskipun rencananya mungkin tampak seperti fiksi ilmiah, para ilmuwan di balik proposal ini mengaku telah memperhitungkannya.
Menurut mereka, pengiriman sampel sperma, telur, spora, dan benih yang dibekukan secara kriogenik dari sekitar 6,7 juta spesies ke bulan mungkin akan berhasil, dikutip dari Insider.
Ukuran lubang yang ditemukan di bulan itu menjadi lokasi sempurna untuk menyimpan sel, menurut Thanga.
Nantinya sampel-sampel ini akan diletakkan 80 hingga 100 meter di bawah tanah.
Sehingga sel akan bertahan dari perubahan suhu ekstrem serta ancaman meteorit dan radiasi.
Thanga mengatakan bahwa banyak tumbuhan dan hewan yang terancam punah.
Dia menyebut letusan Gunung Toba sekira 75.000 tahun lalu sebagai salah satu alasan untuk mengkhawatirkan kepunahan spesies bumi.
Thanga mengatakan letusan Gunung Toba kala itu "menyebabkan periode pendinginan 1.000 tahun dan, menurut beberapa sumber, sejalan dengan perkiraan penurunan keragaman manusia."
Baca juga: Riset Detektor Covid-19, Menristek Cari Alternatif Tes Swab Lewat Sampel Air Liur
Baca juga: Ilmuwan Khawatirkan Virus Nipah akan Jadi Pandemi Selanjutnya, Tingkat Kematian Capai 75%
Menurutnya saat ini kondisi tersebut juga terjadi karena aktivitas manusia yang beragam serta faktor yang belum dipahami.
Konsep 'bahtera' sebelumnya sudah digunakan di Svalbard Global Seed Vault, yang berisi benih tanaman, di pulau Spitsbergen di Lingkaran Arktik.
Ada lebih dari 992.000 sampel unik, yang masing-masing berisi rata-rata 500 benih.
Thanga mengatakan operasi menyimpan sampel manusia dan spesies bumi ke bulan cukup hemat.
Untuk mengangkut 50 sampel dari setiap spesies dari 6,7 juta totalnya, akan membutuhkan 250 peluncuran roket.
Sebagai perbandingan, 40 peluncuran diperlukan untuk membangun Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang berada di orbit rendah Bumi, jauh lebih dekat daripada bulan.
"Ini tidak terlalu besar," desak Thanga.
"Kami sedikit terkejut tentang itu," tambahnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)