Feminis dan Penulis Mesir, Nawal El-Saadawi Tutup Usia
Dalam otobiografinya, ia menggambarkan tumbuh dalam budaya patriarki di mana anak perempuan menjadi sasaran pelecehan termasuk pernikahan anak
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, KAIRO - Feminis dan penulis Mesir Nawal el-Saadawi, meninggal pada usia 89 tahun.
Saadawi—sosok pembela hak-hak dan kesetaraan perempuan di dunia Arab yang pernah ditahan karena pandangan dan beberapa karyanya yang dilarang, meninggal di rumah sakit di Kairo pada Minggu (21/3/2021) waktu setempat.
Ia meghembuskan nafas terakhirnya setelah berjuang melawan sakit yang ia derita.
Seperti dilansir Reuters, Senin (22/3/2021), Saadawi dimakamkan di pemakaman yang dihadiri oleh kerabat.
Saadawi lahir pada 27 Oktober 1931, dan lulus dari fakultas kedokteran Universitas Kairo.
Dalam otobiografinya, ia menggambarkan tumbuh dalam budaya patriarki di mana anak perempuan menjadi sasaran pelecehan termasuk pernikahan anak.
Dalam buku-bukunya ia menyoroti isu mutilasi alat kelamin perempuan (FGM).
Baca juga: Dubes RI Lutfi Rauf Serahkan Surat Kepercayaan Kepada Presiden Mesir
Setelah menjadi sasaran prosedur dirinya sebagai seorang gadis muda, ia menjadi juru kampanye awal melawan FGM saat bekerja sebagai dokter pada 1950-an dan 1960-an.
Kemudian, dia menyerang otoritas agama, dan pemerintah karena pandangan mereka terhadap nilai-nilai konservatif dan menulis puluhan buku yang membahas hal-hal tabu termasuk seksualitas dan prostitusi.
'SEMUA DI PERAHU YANG SAMA'
"Setelah bepergian ke seluruh dunia ... Saya menemukan bahwa gadis-gadis dibesarkan dengan cara yang sangat mirip - kita semua berada di perahu yang sama. Sistem patriarki, agama, kapitalis bersifat universal," kata Saadawi kepada Thomson Reuters Foundation pada 2018 lalu.
Pandangan Saadawi berulang kali mendaratkannya dalam masalah dengan pihak berwenang di Mesir.
Dia diberhentikan dari kementerian kesehatan pada 1970-an dan dipenjara pada 1981 setelah mengkritik Presiden Anwar Sadat, sesaat sebelum pembunuhannya.
Baca juga: Denny JA Terima Anugerah Sastera Kemanusiaan dan Diplomasi ASEAN di Festival Penulis Sabah 2021
Pada 1990-an ia menghabiskan mantra di pengasingan setelah ancaman kematian dari militan Islam.
Namanya juuga masuk dalam daftar orang yang paling diincar nyawanya.
Banyak buku-bukunya, yang meliputi “Women and Sex” and “The Hidden Face of Eve” sudah diterjemahkan ke sejumlah bahasa di luar negeri.
Tetapi di Mesir, di mana dia sering digambarkan sebagai pembuat onar yang mengadvokasi pandangan Barat, beberapa karyanya dikecam dan ditarik dari penerbitan.
Saadawi menikah dan bercerai tiga kali dan memiliki dua anak, penulis Mona Helmy dan sutradara film Atef Hatata.(Reuters)