Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bocah 7 Tahun Ditembak Mati Tentara Myanmar, Duduk di Pangkuan Ayah saat Militer Masuk Rumah

Bocah perempuan berusia 7 tahun jadi korban tewas termuda junta militer Myanmar setelah ditembak mati di rumahnya.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
zoom-in Bocah 7 Tahun Ditembak Mati Tentara Myanmar, Duduk di Pangkuan Ayah saat Militer Masuk Rumah
Tribunnews/Jeprima
Massa menggelar aksi solidaritas untuk Myanmar di depan Gedung ASEAN, Jakarta Selatan, Jumat (12/3/2021). Dalam aksi solidaritas tersebut, massa mengutuk keras terjadinya kudeta militer dan mendesak penegakan demokrasi serta perlindungan HAM di Myanmar. 

TRIBUNNEWS.COM - Bocah perempuan berusia 7 tahun jadi korban tewas termuda junta militer Myanmar setelah ditembak mati di rumahnya.

Khin Myo Chit (7) dilaporkan sedang duduk di pangkuan sang ayah ketika tentara mendobrak rumah mereka pada Selasa (23/3/2021), dikutip dari Al Jazeera

Para tentara itu mencoba menembak ayah Myo Chit, menurut pengakuan saudara perempuannya kepada Myanmar Now.

Dua pria juga dilaporkan tewas di kota itu pada hari yang sama.

Pihak pemakaman di Mandalay mengatakan kepada Reuters bahwa bocah tujuh tahun itu meninggal karena luka tembak di Kota Chan Mya Thazi pada Selasa.

Baca juga: Junta Militer Myanmar Sesalkan Tewasnya 164 Demonstran Anti Kudeta

Baca juga: Korban Termuda Krisis Myanmar Jatuh, Bocah 7 Tahun Tewas Ditembak Mati Aparat Junta Militer

Seorang pengunjuk rasa memegang poster yang menampilkan kepala angkatan bersenjata Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 9 Maret 2021.
Seorang pengunjuk rasa memegang poster yang menampilkan kepala angkatan bersenjata Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 9 Maret 2021. (STR / AFP)

Melansir The Guardian, saudara bocah 7 tahun itu mengatakan tentara menembak ayahnya.

Lalu, tentara memukuli Myo Chit yang ada di pangkuan ayah.

BERITA REKOMENDASI

Akibat kejadian ini, masyarakat Myanmar di sejumlah kota menyalakan lilin untuk melakukan penghormatan kepada insiden berdarah tersebut.

Pihak militer tidak segera mengomentari insiden tersebut.

Di sisi lain, para jenderal menuduh pengunjuk rasa pro-demokrasi melakukan pembakaran dan kekerasan selama berminggu-minggu.

Sehingga, militer menindak dengan kekuatan untuk memadamkan demonstrasi harian.

Pada Selasa lalu, juru bicara militer, Zaw Min Tun, menyatakan sedih atas kematian 164 pengunjuk rasa anti-kudeta.

Suster Ann Roza Nu Tawng, seorang biarawati di Myitkyina, Myanmar, berlutut di hadapan sejumlah aparat yang juga ikut berlutut. Suster Ann Roza memohon kepada aparat Myanmar agar tak menembaki para pengunjuk rasa pada Senin, 8 Maret 2021. Namun, terdengar tembakan dengan dua orang dikonfirmasi tewas.
Suster Ann Roza Nu Tawng, seorang biarawati di Myitkyina, Myanmar, berlutut di hadapan sejumlah aparat yang juga ikut berlutut. Suster Ann Roza memohon kepada aparat Myanmar agar tak menembaki para pengunjuk rasa pada Senin, 8 Maret 2021. Namun, terdengar tembakan dengan dua orang dikonfirmasi tewas. ((MYITKYINA NEWS JOURNAL via Sky News))

"Mereka juga warga kami," ujarnya.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dalam laporan terbaru pada 23 Maret 2021 menyebutkan, korban tewas akibat tindakan junta sebanyak 275 orang, termasuk Khin Myo Chit.

AAPP mengatakan, Myo Chit meninggal setelah ditembak di perut.

"Kami ngeri bahwa anak-anak terus menjadi sasaran serangan fatal terhadap pengunjuk rasa damai ini," kata organisasi Save the Children.

Save The Children ini mencatat sedikitnya ada 20 anak yang tewas dalam kekerasan militer.

Sehari sebelumnya, pada Senin lalu, seorang remaja 14 tahun asal Mandalay juga tewas.

Tun Tun Aung (14) berada di dalam rumahnya dan tidak terlibat dalam protes ketika dia dibunuh.

Anak laki-laki itu dimakamkan pada Selasa lalu.

Militer Myanmar menghadapi kecaman internasional karena melakukan kudeta dan menggagalkan transisi demokrasi di negara tersebut.

Militer diketahui mengambil alih kekuasaan pemimim de facto Aung San Suu Kyi karena menduga ada kecurangan pemilu pada November 2020.

Pemilu tersebut dimenangkan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai Suu Kyi.

Baca juga: AS Tambahkan Kepala Polisi dan Unit Militer Myanmar ke Daftar Hitam karena Lakukan Tindak Kekerasan

Baca juga: Wakil Ketua MPR RI: Apresiasi Jokowi Desak Militer Myanmar

Pada Senin lalu, Uni Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap militer yang terlibat dalam kudeta dan penindasan terhadap demonstran.

Sebelas orang menjadi target sanksi Uni Eropa, termasuk salah satunya Jenderal Min Aung Hlaing, panglima tertinggi militer dan kepala junta.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Berita lainnya terkait Krisis Myanmar

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas