Jaringan Rahasia Bantu Ratusan Polisi Myanmar Melarikan Diri ke India
Di permukiman pegunungan terpencil, jaringan rahasia aktivis dan sukarelawan membantu semangat ratusan polisi Myanmar yang membelot.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, AIZAWL - Di permukiman pegunungan terpencil, jaringan rahasia aktivis dan sukarelawan membantu semangat ratusan polisi Myanmar yang membelot jauh dari tindakan kekerasan dan kebrutalan militer terhadap demonstran anti kudeta.
Mereka melarikan diri dengan mobil, sepeda motor, dan berjalan kaki melalui medan berhutan lebat.
Bahkan mereka pun dipandu kelompok yang dipimpin sukarelawan di kedua sisi perbatasan.
Begitu sampai di India, aktivis dan penduduk setempat menyediakan makanan dan tempat berlindung di rumah-rumah aman, kata jaringan itu seperti dilansir Reuters, Kamis (25/3/2021).
Baca juga: Menlu RI dan Singapura Desak Myanmar Lakukan Rekonsiliasi
Beberapa personel polisi mengatakan mereka melarikan diri dari Myanmar karena mereka takut penganiayaan setelah menolak mematuhi perintah junta militer untuk menembak para demonstran.
Lebih dari 1.000 orang yang melarikan diri dari tindakan kekerasan di Myanmar telah menyeberang ke negara tetangga, Mizoram, India sejak akhir Februari, menurut anggota parlemen India K Vanlalvena, kepada Reuters.
Angka tersebut termasuk sekitar 280 polisi Myanmar dan lebih dari dua lusin personel pemadam kebakaran, menurut seorang pejabat senior kepolisian di Mizoram.
Alat-alat yang digunakan anggota jaringan sederhana: aplikasi pesan media sosial, kartu SIM ponsel dari kedua negara, jip yang kuat dan pengetahuan tentang rute penyelundupan di sepanjang Sungai Tiau, pita yang ada di aliran air yang mengalir di antara pegunungan yang jarang penduduknya yang memisahkan India dan Myanmar.
Baca juga: AS Siapkan Sanksi Terbaru Sasar Dua Konglomerat yang Dikendalikan Junta Militer Myanmar
Beberapa personel polisi mengatakan kepada Reuters mereka takut dipenjara jika tertangkap melarikan diri oleh otoritas Myanmar.
"Ini adalah masalah hidup dan mati," kata seorang aktivis berusia 29 tahun bernama Puia, yang telah membantu para pelarian yang tiba dari Myanmar di kota Champhai, Mizoram timur, yang berjarak tujuh jam berkendara dari ibukota negara bagian Aizawl.
Dia meminta untuk identitasnya dirahasialan.
Baca juga: Junta Militer Myanmar Sesalkan Tewasnya 164 Demonstran Anti Kudeta
Sejauh ini lebih dari 280 orang telah tewas di Myanmar di tengah gelombang protes di negara Asia Tenggara itu menuntut kembalinya pemerintah sipil yang dipimpin oleh pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan hukum untuk Tahanan Politik (AAPP).
Kelompok itu mengatakan ribuan orang telah ditahan sejak militer menggelar kudeta pada 1 Februari.
Pada hari Rabu, junta membebaskan ratusan orang yang telah ditangkap selama tindakan agresif militer terhadap demonstrasi, menurut saksi dan AAPP.
Militer Myanmar, yang secara resmi dikenal sebagai Tatmadaw, tidak menanggapi permintaan komentar.
Junta awal pekan ini menuduh demonstran anti-kudeta melakukan pembakaran dan kekerasan sekaligus mengungkapkan kesedihan atas kematian dari 164 demonstran.
Masuknya para pelarian dari Myanmar dapat menimbulkan tantangan diplomatik bagi India, yang memiliki hubungan dekat dengan Tatmadaw.
Kedatangan dari pelarian Myanmar juga telah menghasilkan beberapa ketidaksepakatan antara pemerintah federal India, yang ingin menjauhkan mereka, dan pemerintahan negara bagian Mizoram yang ingin memberikan bantuan sejalan dengan sentimen lokal.
Suku-suku di Mizoram memiliki hubungan dekat dengan komunitas Chin Myanmar, yang dominan di daerah yang berbatasan dengan negara India.
Kementerian luar negeri India dan pemerintah negara bagian Mizoram tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Kementerian luar negeri India sebelumnya telah menyatakan "keprihatinan mendalam" atas kudeta militer, dan mengatakan demokrasi dan aturan hukum harus ditegakkan.
Pemerintah India telah mengeluarkan arahan kepada empat negara bagian yang berbagi perbatasan dengan Myanmar, termasuk Mizoram, untuk memperketat keamanan, menurut tiga pejabat India.
Kepala Menteri negara bagian Mizoram Zoramthanga telah mendesak Perdana Menteri India Narendra Modi untuk memberikan suaka kepada "para pengungsi politik" dari Myanmar.
Situasi di negara tetangga Myanmar adalah "bencana manusia terbesardari sisi proporsi " yang tidak bisa diabaikan India, tulis Zoramthanga, dalam surat 18 Maret kepada Modi. (Reuters)