Korban Tewas dalam Tindakan Keras Pascakudeta Myanmar Lebih dari 300 Orang
Terbaru, sekitar 34 nyawa menjadi korban dalam tindakan keras pasukanan keamanan terhadap protes anti-kudeta.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
Data AAPP menunjukkan sekira 25 persen dari mereka yang tewas tewas akibat tembakan di kepala.
Namun, data lengkap tidak tersedia untuk setiap kematian.
Hampir 90 persen korban tewas adalah laki-laki dan sekitar sepertiganya berusia 24 tahun ke bawah.
Save the Children mengatakan sekitar 20 anak telah tewas dalam protes, yang menunjukkan sedikit tanda-tanda mereda meskipun peningkatan penggunaan gas air mata, peluru berlapis karet dan peluru tajam.
Baca juga: AS dan Inggris Jatuhkan Sanksi terhadap Perusahaan yang Dikendalikan Militer Myanmar
Markas NLD Dibakar
Pada Jumat, kebakaran terjadi di markas Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai pemimpin sipil terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi, yang ditangkap oleh para jenderal pada 1 Februari ketika mereka bergerak untuk merebut kekuasaan.
Seorang penyerang melemparkan bom molotov ke markas besarnya di Yangon, menyebabkan kebakaran singkat, pada dini hari, menurut seorang pejabat partai.
Terjemahan: Markas Liga Nasional untuk Demokrasi di Yangon dilanda serangan pembakaran sekitar pukul 04:15 pagi pada Jumat (26/3/2021).
Penduduk di lingkungan itu membantu memadamkan api dan tidak ada kerusakan serius yang dilaporkan.
#WhatsHappeningInMyanmar
"Ketika penduduk di sekitar mengetahui tentang kebakaran itu, mereka menelepon departemen pemadam kebakaran untuk memadamkannya, itu terkendali sekitar pukul 05.00 (waktu setempat)," kata Soe Win, seorang anggota NLD yang bertanggung jawab atas markas tersebut, kepada Kantor berita AFP.
"Sepertinya seseorang menyalakan koktail Molotov dan melemparkannya ke markas," tambahnya.
Insiden itu terjadi pada malam Hari Angkatan Bersenjata, ketika militer akan menunjukkan kekuatan dengan parade tahunannya.
Baca juga: Jaringan Rahasia Bantu Ratusan Polisi Myanmar Melarikan Diri ke India
Berita lain terkait Myanmar
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)