Jepang dan AS Serius Bicarakan Masalah Taiwan Serta Laut China Timur dan Laut China Selatan
Suga menyatakan bahwa lingkungan keamanan yang semakin parah di Asia Timur sehingga perlu memperkuat penangkalan aliansi Jepang-AS.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengadakan pertemuan puncak pertamanya dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih tanggal 17 April waktu Jepang sebelum fajar.
Keduanya tampak serius membicarakan masalah Taiwan.
"Kami akan menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan mempromosikan penyelesaian damai masalah lintas selat," ungkap PM Yoshihide Suga dalam jumpa persnya.
Masalah Taiwan telah masuk dalam kesepakatan antara para pemimpin Amerika Serikat dan Jepang sejak pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Eisaku Sato dan Presiden Nixon pada tahun 1969, sebelum normalisasi hubungan diplomatik antara Jepang dan China.
Pertemuan tersebut diadakan selama sekitar 20 menit secara tatap muka dengan hanya seorang penerjemah, dan kemudian dipindahkan ke pertemuan kelompok kecil dan pertemuan umum, yang berlangsung selama dua setengah jam.
Baca juga: Perdagangan Ekspor Impor Jepang - Indonesia Tahun 2020 Turun 25 Persen Menjadi 2,6 Triliun Yen
Ini adalah pertama kalinya Biden melakukan pertemuan tatap muka dengan para pemimpin asing.
Pada pertemuan tersebut, para pemimpin Jepang dan Amerika Serikat sepakat bahwa China diperkirakan akan menentang upaya untuk mengubah status quo dengan kekerasan dan mengintimidasi orang lain di kawasan terkait situasi di Laut China Timur dan Selatan.
Pada konferensi pers bersama setelah pertemuan, Perdana Menteri Suga menyatakan (kepada Presiden) bahwa lingkungan keamanan yang semakin parah di Asia Timur sehingga perlu memperkuat penangkalan dan kekuatan penanggulangan aliansi Jepang-AS.
Terkait pernyataan bersama tersebut, PM Suga menegaskan, "Ini adalah kompas aliansi Jepang-AS ke depan. Ini sangat menunjukkan persatuan kedua negara menuju perwujudan konsep 'Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka."
Menegaskan kembali penerapan Pasal 5 Perjanjian Keamanan Jepang-AS, yang menetapkan kewajiban pertahanan AS kepada Jepang, ke Prefektur Okinawa dan Kepulauan Senkaku, Presiden AS berkata, "Kami akan melindungi keamanan Jepang dengan tembok besi."
Baca juga: Poin-poin Penting Terkait Pembuangan Limbah Nuklir Jepang ke Laut Lepas
Kedua kepala negara juga berbagi "keprihatinan serius" tentang situasi hak asasi manusia di Hong Kong dan Daerah Otonomi Uygur Xinjiang.
"Saya menjelaskan upaya kami kepada Presiden dan mendapatkan pengertian mereka," kata PM Suga pada konferensi pers.
Terkait situasi di Myanmar, PM Suga meminta agar sistem politik demokrasi segera pulih.