Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengapa Pernyataan Genosida Armenia oleh Presiden Joe Biden Penting Bagi Orang Armenia?

Genosida merupakan istilah yang memiliki makna pembantaian kelompok etnis/ras tertentu yang dilakukan secara sistematis dan jumlah banyak.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Mengapa Pernyataan Genosida  Armenia oleh Presiden Joe Biden Penting Bagi Orang Armenia?
Karen Minasyan/AFP
FILE - Lebih dari 1.000 orang telah dilaporkan tewas dalam konflik Armenia vs Azerbaijan di Nagarno-Karabakh. Turki mendukung penuh Azerbaijan saat memerangi pasukan Artmenia di Nagorno Karabakh. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden AS Joseph ‘Joe’ Biden pada Sabtu (26/4/2021) membuat pernyataan penting, Kekaisaran Ottoman melakukan genosida terhadap sekitar 1,5 juta warga sipil Armenia.

Peristiwa itu terjadi saat Perang Dunia I berlangsung di Eropa. Genosida merupakan istilah yang memiliki makna pembantaian kelompok etnis/ras tertentu yang dilakukan secara sistematis dan jumlah banyak.

Joe Biden menjadi pemimpin pertama AS yang secara resmi menyatakan hal ini. Pernyataan ini ditunggu jutaan warga Armenia yang terdiaspora ke berbagai negara, atau tinggal di berbagai wilayah Armenia yang kini dikuasai negara lain.

"Setiap tahun, pada hari ini, kami mengenang kehidupan semua orang yang tewas dalam genosida Armenia era Ottoman dan berkomitmen kembali untuk mencegah kekejaman seperti itu terjadi lagi," bunyi pernyataan Joe Biden yang dirilis pada Hari Peringatan Genosida Armenia.

Deklarasi pernyatan Joe Biden tersebut muncul di tengah hubungan yang tegang antara Amerika Serikat dan Turki. Disinyalir deklarasi tersebut akan semakin merusak hubungan antara sekutu NATO.

Baca juga: Joe Biden Resmi Menyatakan Pembantaian Armenia 1915 sebagai Genosida, Turki Tidak Terima

Baca juga: Pertaruhkan Hubungan dengan Turki, Biden Siap Nyatakan Genosida atas Serangan Ottoman pada Armenia

Turki telah mengakui kematian orang-orang Armenia di Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I, tetapi dengan tegas membantah pembunuhan itu sistematis. Turki menganggap hal tersebut bukan genosida.

Lantas, mengapa penryataan Joe Biden ini menjadi benar-benar penting bagi rakyat Armenia?  Charles Mahtesian, editor senior politik di majalah daring Politico mendedahkan konteks isu yang bertahun-tahun jadi pembahasan global ini.

BERITA TERKAIT

“Ini tindakan sederhana yang tidak memiliki konsekuensi hukum. Namun ini langkah berani Biden, yang telah melampaui apa yang pernah ingin dilakukan Presiden Amerika mana pun,” tulis Charles di kolom Politico, Selasa (27/4/2021).

“Hingga saat ini, para presiden telah secara resmi menolak istilah "genosida" karena takut memicu reaksi Turki, yang dengan tegas membantahnya,” lanjutnya.

Menurut Turki, kekerasan era Perang Dunia I antara Muslim Ottoman dan Kristen Armenia menyebabkan korban besar di kedua sisi.

Namun, menurut sebagian besar sejarawan, buktinya jelas Turki terlibat dalam kampanye pembersihan etnis selama bertahun-tahun yang mencakup parade pembunuhan massal dan aksi yang menyebabkan kelaparan massal.

Pernyataan Biden merupakan langkah penting memenuhi komitmen Amerika terhadap hak asasi manusia di seluruh dunia. Di dalam negeri, Biden berusaha menutup luka di batin warga Armenia Amerika.

Setiap orang Amerika keturunan Armenia menurut Charles Mahtesian, bahkan setiap orang Armenia di diaspora global, hidup dihantui genosida Armenia.

“Kami mempelajari kisah-kisah keluarga yang mengerikan sejak usia dini. Kami diperlihatkan foto-foto yang tidak pernah bisa kami lupakan. Latar kehidupan kita adalah Der Voghormia, himne liturgi yang menghantui, "Tuhan kasihanilah" lanjut Mahtesian.

Apa yang mengikat warga Armenia menurutnya tak hanya kebanggaan dan kegembiraan dalam warisan kuno mereka.

Tetapi juga rasa kesedihan bersama atas bagian brutal dari urusan sejarah yang belum selesai. Apakah itu komunitas Armenia Amerika di California atau Boston atau Chicago atau Detroit atau Philadelphia atau di mana pun, telah terjebak masa berkabung tanpa akhir.

Amerika menempati peran penting dan positif dalam tragedi epik ini. Para misionaris dan diplomatnya termasuk di antara mereka yang berani memberikan peringatan tentang kekejaman yang terjadi ribuan mil jauhnya kepada orang-orang Kristen yang kurang dikenal.

Itu berfungsi sebagai perlindungan bagi korban genosida yang tak terhitung jumlahnya. Mereka yang cukup beruntung untuk pergi ke Amerika bersyukur sampai hari-hari kematian mereka.

AS memberi mereka begitu banyak  kesempatan untuk pulih, membangun kembali, hidup tanpa rasa takut.

“Itu adalah suar mereka di dunia yang sangat kejam dan penuh pembunuhan, tempat yang memberi mereka lebih banyak kesempatan dan harapan daripada yang bisa mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya,” kata Charles Mahtesian di kolomnya.

Ia punya pengalaman serupa. Kakeknya seorang di antara para survivor genosida. Kakek Mahtesian tiba di AS sebagai seorang remaja yatim piatu tanpa uang sepeser pun, datang dari belahan dunia lain.

Ia satu-satunya di keluarganya yang berhasil keluar hidup-hidup dari wilayah Ottoman. Kecintaannya pada Amerika akhirnya membara begitu terang sehingga dia dengan bangga mengirim kedua putranya untuk berperang demi negara angkatnya.

Orang yang selamat seperti kakeknya, terlalu trauma untuk melihat ke belakang, karena takut akan apa yang mungkin mereka lihat. Tidak ada waktu untuk fokus pada masa lalu; mereka terlalu tenggelam dalam perjuangan imigran.

Mereka meninggalkan beban itu untuk generasi yang akan datang. Tetapi mereka belum mendapatkan peneuguhan dari AS terkait genosida itu. Jerman, Prancis, Rusia sudah menyatakan pembunuhan Ottoman itu genosida yang disponsori negara.

Tapi bukan Amerika yang menyatakannya. Di AS, upaya untuk mengamankan deklarasi itu dihentikan sebagai upaya penyelesaian beberapa perselisihan suku lama, perselisihan yang tidak memiliki bisnis di Amerika.

Namun, ada alasan kuat untuk menggunakan otoritas moralnya dengan mencirikan tindakan Turki terhadap rakyat Armenia dalam istilah yang jelas dan tidak ambigu.

“Ini adalah genosida modern pertama, begitu licik dan efektif dalam rancangannya sehingga bahkan Adolf Hitler pun membicarakannya dengan kagum,” tambah Mahtesian.

"Siapa, bagaimanapun juga, yang berbicara hari ini tentang pemusnahan orang-orang Armenia?" Hitler berkata dalam pidatonya Obersalzberg yang terkenal pada 1939, satu minggu sebelum invasi Jerman ke Polandia.

Gagal menyebut genosida dengan namanya memungkinkan dan mendorong pertumbuhan kompleks industri penyangkal genosida, yang didanai kepentingan Turki.

Selama beberapa dekade, orang Amerika Armenia, yang jumlahnya antara 500.000 hingga 2 juta, mendapati diri mereka berperang melawan serangan yang didiktekan Ankara dan diluncurkan dari pantai K Street di Washington DC.

Usaha-usaha menyatakan pembunuhan itu sebagai genosida, selalu dicegah. Mereka dipersenjatai dengan argumen yang terbukti cukup persuasif untuk menundukkan prinsip-prinsip pendiri Amerika.

Pengakuan genosida, menurut argumentasi ini, konon bertentangan dengan kepentingan keamanan nasional AS karena Turki, sekutu geostrategis yang penting, perlu ditenangkan.

Bagi pemerintah Turki, penegasan tentang genosida adalah garis merah, pelanggaran yang mengancam seluruh hubungan.

Bahkan upaya tekad dari anggota parlemen kelas berat seperti Senator Robert Dole, seorang tokoh yang ditinggikan di antara orang Amerika Armenia, tak cukup mengatasi rasa takut akan mengasingkan sekutu penting tersebut.

Pada akhirnya, Turki merusak argumen terkuatnya sendiri. Ini membuktikan mereka tidak dapat diandalkan sebagai sekutu di bawah Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan.

Turki mengubah kalkulus politik yang gagal mencegah Presiden AS yang ingin menegaskan pembunuhan itu sama dengan genosida untuk mengatakannya secara langsung.

Itu membuat Biden memiliki peluang untuk memenuhi janji kampanyenya untuk secara resmi mengakui genosida Armenia.

Sekarang Biden telah mencatatkan diri AS sebagai negara terbaru yang secara resmi mengakui dan mengutuk genosida Armenia. Akan ada pukulan balik dari Turki. Hubungan AS-Turki kemungkinan akan semakin memburuk.

Tapi Biden telah menempatkan AS di sisi kanan sejarah dan membiarkan putra, putri, cucu dan cicit korban genosida Armenia menghormati warisan mereka.

Sama pentingnya, dia telah secara permanen menutup pilihan presiden masa depan mana pun untuk menyebut kekerasan mengerikan 1915 itu, apa pun selain nama aslinya.(Tribunnews.com/Politico/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas