Presiden Erdogan Kecam Presiden Biden, Sindir Genosida Suku India Amerika
Ankara menerima kenyataan sejarah, baik orang Armenia maupun Turki tewas dalam jumlah besar saat pasukan Ottoman melawan Tsar Rusia.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam pengakuan Presiden AS Joe Biden atas genosida Armenia. Erdogan mengatakan pernyataan itu tidak berdasar dan berbahaya bagi hubungan kedua negara.
Pernyataan bersejarah Biden telah membuat marah sekutu AS di NATO, Turki, yang mengatakan pengumuman itu telah membuka luka mendalam hubungan yang telah tegang karena sejumlah masalah.
Dalam pidato yang disiarkan televisi Senin (26/4/2021) malam waktu Ankara, Erdogan mengatakan langkah yang salah akan menghalangi hubungan AS-Turki.
Ia mengatakan Turki masih berusaha untuk membangun hubungan "bertetangga yang baik" dengan Armenia. "Presiden AS telah membuat komentar yang tidak berdasar dan tidak adil," kata Erdogan.
“Kami yakin deklarasi itu muncul karena tekanan kelompok radikal Armenia dan kalangan anti-Turki. Tetapi situasi ini tidak mengurangi dampak destruktif dari komentar-komentar ini," imbuh Erdogan.
Bangsa Armenia, didukung sejarawan dan cendekiawan, mengatakan 1,5 juta rakyat mereka tewas dalam “genosida” yang dilakukan di bawah Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I.
Baca juga: Joe Biden Resmi Menyatakan Pembantaian Armenia 1915 sebagai Genosida, Turki Tidak Terima
Baca juga: Mengapa Pernyataan Genosida Armenia oleh Presiden Joe Biden Penting Bagi Orang Armenia?
Baca juga: Pertaruhkan Hubungan dengan Turki, Biden Siap Nyatakan Genosida atas Serangan Ottoman pada Armenia
Ankara menerima kenyataan sejarah, baik orang Armenia maupun Turki tewas dalam jumlah besar saat pasukan Ottoman melawan Tsar Rusia.
Tetapi Turki keras menyangkal kematian itu akibat kebijakan genosida yang disengaja dan mencatat istilah tersebut belum didefinisikan secara hukum pada saat itu.
Biden mencoba meredam kemarahan Turki yang diharapkan dengan menelepon Erdogan untuk pertama kalinya sejak menjabat pada Januari.
Kedua pemimpin sepakat dalam panggilan telepon Jumat untuk bertemu di sela-sela KTT NATO pada Juni.
Namun Erdogan mengatakan pada Senin, Biden perlu "untuk bercermin" ketika menyebut peristiwa berusia seabad itu sebagai genosida.
“Penduduk asli Amerika, saya bahkan tidak perlu menyebutkan mereka, apa yang terjadi sudah jelas,” katanya, mengacu pada perlakuan terhadap penduduk asli Amerika oleh pemukim Eropa.
"Sementara semua kebenaran ini ada di luar sana, Anda tidak bisa menyematkan tuduhan genosida pada orang-orang Turki," kata Erdogan.
Kimberly Halkett dari Al Jazeera, melaporkan dari Washington, DC, secara historis, situasi ini telah berlangsung sekitar 40 tahun saat para presiden AS menjanjikan seperti apa yang baru saja dilakukan Biden.
Para pemimpin sebelum Biden belajar dan menghitung untuk kepentingan strategis, mungkin tidak menjadi kepentingan terbaik AS untuk membuat pernyataan genosida itu.
“Dinamika itu telah berubah. Perasaan di AS adalah ini adalah hasil tindakan Turki, bukan tindakan AS yang menghasilkan deklarasi ini," kata Halkett.
Dia menambahkan pemerintah AS memandang Turki sebagai mitra NATO, tetapi percaya Turki tidak selalu membalas secara baik lewat kebijakan politiknya di regional.
Pernyataan Biden datang pada saat Ankara dan Washington berjuang untuk memperbaiki hubungan, tegang ketika Turki membeli sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
Pembelian senjata Rusia oleh anggota NATO itu mengakibatkan sanksi AS. Turki dan AS juga menemui perbedaan kebijakan di perang Suriah.
Turki meningkatkan pengaruh dan intervensi, bahkan mengirim pasukan untuk menduduki wilayah utara Suriah. Mereka memburu pasukan Kurdi yang didukung AS.
Turki juga menduduki Provinsi Idlib di Suriah, melindungi kelompok-kelompok teroris bersenjata yang jadi proksi mereka guna menggulingkan pemerintahan Damaskus yang sah.
Di Kota Afrin, Turki bersama kelompok-kelompok bersenjata yang didanainya, menyingkirkan paramiliter Kurdi, yang sebelumnya sukses menyapu kelompok ISIS.
Di konflik Nagorno Karabakh, militer Turki sepenuhnya menyokong Azerbaijan yang memerangi pasukan Armenia. Nagorno Karabakh akhirnya jatuh ke tangan Azerbaijan.
Erdogan mengatakan dia berharap "membuka pintu untuk periode baru" dalam hubungan dan membahas semua perselisihan dengan Biden di KTT NATO pada Juni.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)