Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Angka Riil Kasus COVID-19 di India Disebut 10 Kali Lebih Tinggi dari Laporan, 3-5 Mei Dapat Memuncak

Pakar medis sebut angka riil kasus COVID-19 di India jauh lebih tinggi dari laporan. Tim ilmuwan perkirakan infeksi dapat memuncak pada 3-5 Mei.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
zoom-in Angka Riil Kasus COVID-19 di India Disebut 10 Kali Lebih Tinggi dari Laporan, 3-5 Mei Dapat Memuncak
Narinder NANU / AFP
Anggota staf medis India membawa jenazah pasien Covid-19 - Pakar medis menyebut angka riil kasus COVID-19 di India jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan pemerintah. Tim ilmuwan perkirakan infeksi dapat memuncak pada 3-5 Mei 2021. 

TRIBUNNEWS.COM - Lonjakan kasus baru virus corona (COVID-19) di India masih terjadi.

Selama 12 hari berturut-turut, India telah melaporkan lebih dari 300.000 kasus baru per harinya.

Dikutip dari Channel News Asia, pada Senin (3/5/2021), ada 368.147 kasus baru dalam 24 jam terakhir, sehingga total infeksi di India mencapai 19,92 juta.

Sedangkan angka kematian bertambah 3.417 jiwa, dan totalnya menjadi 218.959 jiwa, menurut data Kementerian Kesehatan India.

Sementara itu, menurut pakar medis setempat, angka riil kasus COVID-19 di India jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan pemerintah.

Pakar memperkirakan, kasus di seluruh negeri sebanyak 1,35 miliar atau lima hingga 10 kali lebih tinggi dari penghitungan resmi.

Berdasarkan model matematika dari tim ilmuwan yang menasihati pemerintah, infeksi dapat memuncak antara 3 Mei hingga 5 Mei.

Baca juga: Jangan Panik! Varian Baru Covid-19 India dan Afsel Sudah Masuk Indonesia, Tepatnya Jakarta dan Bali

BERITA REKOMENDASI

Penghitungan tersebut diketahui beberapa hari lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Lebih lanjut, kondisi rumah sakit di India kini semakin memprihatinkan.

Rumah sakit di seluruh negeri telah terisi penuh dan pasokan oksigen menipis.

Selain itu, kamar mayat serta krematorium telah dibanjiri karena negara tersebut terus menangani lonjakan kasus.

Setidaknya 11 negara bagian dan wilayah persatuan telah memberlakukan beberapa bentuk pembatasan untuk mencoba membendung infeksi.


Namun, Perdana Menteri Narendra Modi enggan memberlakukan penguncian nasional atau lockdown karena khawatir tentang dampak ekonomi.

Di sisi lain, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Michigan, Bhramar Mukherjee, berpendapat, lockdown akan membantu mengurangi lonjakan kasus.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas