Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

KISAH Duka Tsunami Covid-19 di India, Bayi Baru Lahir Harus Kehilangan Ayah

Pasien Covid-19 mencari perawatan ke enam rumah sakit. Saat kamar rawat didapat, dia wafat, meninggalkan bayinya yang baru lahir

Editor: hasanah samhudi
zoom-in KISAH Duka Tsunami Covid-19 di India, Bayi Baru Lahir Harus Kehilangan Ayah
Narinder NANU / AFP
Anggota staf medis yang mengenakan APD membawa jenazah pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Amritsar, India pada 24 April 2021. 

Tetapi keesokan harinya, ketika mereka akhirnya berhasil membawanya ke sana, kondisinya semakin memburuk. Saat prosedur masuk rumah sakit selesai, Pradeep pingsan.

“Saat kami mendorongnya ke tempat tidur, dia sudah meninggal,” kata Ashish.

Baca juga: Permintaan Oksigen Melonjak Tujuh Kali Lipat, Kasus Covid-19 India Capai 400.000 Kali Kedua  

Penyesalan terbesar Ashish saat ini adalah bahwa meskipun mengklaim sebagai "apotek dunia", dan "produsen vaksin terkemuka", India ternyata berjuang untuk bahkan menyediakan perawatan kesehatan dasar bagi warganya sendiri.

“Selama gelombang pertama virus Corona tahun lalu, pemerintah menenangkan kami dengan mengatakan bahwa kematian di negara itu rendah, dan hanya orang tua yang sekarat. Tapi sekarang? Lihatlah sekeliling; sepertinya kuburan kaum muda."

Dia menambahkan: “Para politisi tampaknya lebih fokus pada memenangkan pemilihan daripada pada orang sakit dan sekarat. Virus itu telah aktif selama lebih dari 14 bulan di negara itu tetapi pemerintah tidak belajar apa-apa. Ada kegagalan total di semua lini.”

“Dari upaya vaksinasi yang dimulai terlambat hingga rumah sakit yang kurang siap, kekurangan dokter dan staf medis, pasar illegal yang berkembang pesat untuk obat-obatan penyelamat hidup seperti remdesivir dan tabung oksigen yang dijual kepada keluarga yang putus asa dengan harga yang mengejutkan, semuanya miring. Selain itu, ada perselisihan di antara partai politik tentang siapa yang bertanggung jawab atas salah urus Covid yang mengerikan di negara itu. Tidak ada akuntabilitas. Dan kami menyebut diri kami negara demokrasi terbesar di dunia. Sayang sekali." (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas