Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warganya Sekarat karena Covid-19, Perdana Menteri India Renovasi Parlemen dan Rumah Rp 25,6 Triliun

Perdana Menteri India, Narendra Modi terus melanjutkan proyek renovasi gedung parlemen dan rumah pribadinya di tengah tsunami Covid-19.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
zoom-in Warganya Sekarat karena Covid-19, Perdana Menteri India Renovasi Parlemen dan Rumah Rp 25,6 Triliun
Handout / PIB / AFP
Perdana Menteri India, Narendra Modi menyatakan bahwa India ingin damai namun siap perang jika ada provokasi dari China. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri India, Narendra Modi terus melanjutkan proyek renovasi gedung parlemen dan rumah pribadinya di tengah tsunami Covid-19.

Dilansir CNN, perbaikan kawasan parlemen itu memakan biaya senilai USD 1,8 miliar atau sekira Rp 25,6 triliun. 

Keputusan Modi melanjutkan mega proyek di New Delhi itu mendapat banyak kritikan dari oposisi politik maupun publik India.

Mereka menganggap pemerintah tidak seharusnya mengalirkan dana sebesar itu untuk proyek konstruksi disaat negara berjuang melawan pandemi Covid-19.

Proyek renovasi bertajuk Central Vista Redevelopment Project dikategorikan 'layanan esensial' sehingga pengerjaannya dilanjutkan meski sebagian besar proyek lainnya ditunda saat ini.

Baca juga: Ilmuwan India Desak PM Modi Rilis Data Asli Jumlah Kasus Positif dan Kematian Akibat Covid-19

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Bangalore India Ikut Pengaruhi Kinerja Perusahaan Besar AS

Pemimpin Oposisi Rahul Gandhi (kiri) mempertanyakan sejumlah kebijakan PM India Narendra Modi (kanan) di perbatasan.
Pemimpin Oposisi Rahul Gandhi (kiri) mempertanyakan sejumlah kebijakan PM India Narendra Modi (kanan) di perbatasan. (Kolase Twitter Rahul Gandhi dan Narendra Modi)

Pada Rabu lalu, dua warga sipil mengajukan keluhan terhadap pembangunan parlemen dan rumah Perdana Menteri Modi itu ke Pengadilan Tinggi Delhi.

Menurut petisi yang diajukan pengacara Nitin Saluja, publik menilai gedung parlemen bukan termasuk 'layanan esensial'.

Berita Rekomendasi

Mereka juga khawatir pekerja proyek berpotensi menjadi klaster baru Covid-19.

Pengadilan Tinggi mengatakan akan mendengarkan kasus tersebut akhir bulan ini.

Namun para pemohon langsung membawanya ke Mahkamah Agung dengan alasan Pengadilan Tinggi tidak menganggap keluhan mereka penting.

"Karena ada masalah kesehatan masyarakat dalam hal ini, penundaan apapun bisa merugikan kepentingan publik yang lebih besar," tulis Saluja kepada Mahkamah Agung.

Saluja mengatakan kasus tersebut kemungkinan besar akan disidangkan pada hari Jumat.

India melaporkan lebih dari 3.000 kematian akibat Covid-19 dalam beberapa hari terakhir.

Negara itu menyumbang seperempat dari total kematian akibat virus corona secara global selama seminggu terakhir, menurut laporan mingguan Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Orang-orang berdiri di dekat jenazah korban Covid-19 yang dibariskan sebelum dikremasi di tempat kremasi di New Delhi pada 28 April 2021.
Orang-orang berdiri di dekat jenazah korban Covid-19 yang dibariskan sebelum dikremasi di tempat kremasi di New Delhi pada 28 April 2021. (Money SHARMA / AFP)
Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas