NASA Kecam Sikap China terhadap Keamanan Luar Angkasa setelah Roketnya Jatuh di Samudera Hindia
NASA mengecam sikap China yang dianggap tidak bertanggung jawab terhadap keamanan luar angkasa setelah puing-puing dari roketnya jatuh ke Bumi.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Daryono
Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri China, mengatakan pada konferensi pers sebelum roket re-entry bahwa umumnya bagian-bagian roket terbakar ketika mencapai atmosfer.
"Kemungkinan kerusakan fasilitas dan aktivitas penerbangan atau darat sangat rendah," katanya.
Sebelumnya, Roket Long March 5B telah diluncurkan pada Mei tahun lalu.
Potongan roket ini menghantam Pantai Gading, merusak beberapa bangunan.
Roket Long March 5B
Roket Long March 5B membawa modul utama Tianhe, atau Heavenly Harmony, ke orbit pada 29 April.
China merencanakan 10 peluncuran lagi untuk membawa bagian tambahan dari stasiun luar angkasa ke orbit.
Bagian roket sepanjang sekitar 30 meter akan menjadi salah satu puing luar angkasa terbesar yang jatuh ke Bumi.
Peluncuran Modul Tianhe dengan Roket Long March 5B untuk Membangun Stasiun Luar Angkasa Heavenly Palace
Peluncuran Tianhe hanyalah satu dari 11 misi yang diperlukan untuk menyelesaikan stasiun luar angkasa China yang akan datang, yang dimaksudkan untuk menyaingi ISS.
China bertujuan untuk membangun Stasiun Luar Angkasa China, yang diberinama Tiangong (Heavenly Palace) pada akhir 2022, lapor media pemerintah, setelah menyelesaikan peluncuran modul.
Baca juga: Vaksin COVID-19 Sinopharm Jadi Vaksin China Pertama yang Disetujui WHO, Miliki Keefektifan 79 Persen
Setelah selesai, Stasiun Luar Angkasa China akan mengorbit Bumi pada ketinggian 340 hingga 450 km.
Modul Stasiun Luar Angkasa China
- Tianhe: Modul inti. Diluncurkan pada 29 April 2021