Presiden Turki Erdogan kepada Vladimir Putin: Israel Harus Diberi Pelajaran
Erdogan mengatakan Putin bahwa komunitas internasional harus "memberi Israel pelajaran keras dan mencegah" perilakunya terhadap Palestina.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa komunitas internasional harus "memberi Israel pelajaran keras dan mencegah" perilakunya terhadap Palestina.
Dikutip dari Al Jazeera, Erdogan mengatakan hal itu selama panggilan telepon dengan Putin pada Rabu (12/5/2021).
Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki mengatakan, pembicaraan dua pemimpin negara itu berlangsung di tengah meningkatnya kekerasan di Yerusalem Timur dan Jalur Gaza.
Permusuhan berkobar setelah Hamas, mengeluarkan ultimatum pada Senin menuntut agar pasukan keamanan Israel mundur dari kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem setelah tindakan keras terhadap warga Palestina.
Baca juga: Erdogan Desak Kekuatan Internasional Lindungi Rakyat Palestina dari Agresi Israel
Baca juga: Jemaah Palestina Diserang Polisi Israel di Masjid Al Aqsa, Erdogan: Israel Negara Teroris yang Kejam
Peningkatan serangan tersebut dipicu oleh rencana Israel yang secara paksa mengusir penduduk dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki untuk memberi wilayah baru bagi pemukim Israel.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak serangan pada Senin malam mencapai 56 orang, termasuk 14 anak-anak.
Lebih dari 300 lainnya terluka dan enam orang Israel juga tewas.
Pernyataan Turki pada Rabu mengatakan Erdogan menekankan perlunya "komunitas internasional untuk memberi Israel pelajaran yang kuat dan mencegah".
Erdogan juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera campur tangan dengan "pesan yang tegas dan jelas" kepada Israel.
Baca juga: Presiden Erdogan Kecam Presiden Biden, Sindir Genosida Suku India Amerika
Pernyataan itu mengatakan, Erdogan menyarankan kepada Putin bahwa pasukan perlindungan internasional diperlukan untuk melindungi Palestina.
Erdogan akhir tahun lalu menyatakan keinginannya untuk melihat hubungan antara Turki dan Israel membaik, setelah bertahun-tahun perselisihan tentang pendudukan Tel Aviv di Tepi Barat dan perlakuannya terhadap Palestina.
Baca juga: Ada Penembakan Massal di Kazan Rusia, Presiden Putin Perintahkan Tinjau Aturan Senjata Pribadi
Baca juga: Aksi Presiden Rusia Vladimir Putin Cetak 9 Gol Dalam Pertandingan Hoki Es
Turki, yang pada 1949 menjadi negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel, pertama kali memutuskan hubungan dengan Israel pada 2010.
Itu terjadi setelah 10 aktivis Turki pro-Palestina dibunuh oleh pasukan komando Israel yang menaiki kapal milik Turki, Mavi Marmara, yang merupakan bagian dari armada untuk mengirimkan bantuan dan mematahkan blokade maritim Israel selama setahun di Gaza.
Blokade Israel di Jalur Gaza yang diduduki telah dilakukan sejak Juni 2007, ketika Israel memberlakukan blokade darat, laut dan udara di daerah tersebut.
Mereka memulihkan hubungan pada 2016, tetapi kembali memburuk lagi pada 2018.
Pada Mei tahun itu, Ankara menarik utusannya karena serangan mematikan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, yang saat itu memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Baca juga: Mengenal Teknologi Iron Dome, Sistem Pertahanan Militer Israel yang Halau Roket Hamas dari Gaza
Baca juga: Israel Bunuh Sejumlah Tokoh Militer Senior Hamas dan Hancurkan 3 Menara di Jalur Gaza
Erdogan dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sering saling mengkritik pedas, tetapi kedua negara terus berdagang satu sama lain.
Pada Agustus tahun ini, Israel menuduh Turki memberikan paspor kepada selusin anggota Hamas di Istanbul, menggambarkan langkah tersebut sebagai "langkah yang sangat tidak ramah" yang akan dilakukan pemerintahnya dengan pejabat Turki.
Hamas merebut Jalur Gaza yang terkepung dari pasukan yang setia kepada Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas pada 2007 setelah memenangkan pemilihan legislatif pada 2006.
Sejak itu, Israel telah mengintensifkan pengepungannya dan melancarkan tiga serangan militer yang berlarut-larut di Gaza.
Berita lain terkait Israel Serang Jalur Gaza
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)