Jakarta Peringkat Teratas Kota Paling Rentan Risiko Lingkungan di Asia, Diprediksi Akan Tenggelam
Environmental Risk Outlook 2021 menobatkan Asia sebagai rumah bagi 99 kota paling rentan di dunia karena kondisi lingkungannya, salah satunya Jakarta.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Penilaian risiko, Environmental Risk Outlook 2021, menobatkan Asia sebagai rumah bagi 99 kota paling rentan di dunia karena kondisi lingkungannya, salah satunya Jakarta.
Dilansir The Guardian, dari 100 kota paling rentan, 99 di antaranya berada di Asia dengan rasio 80% di India atau China.
Lebih dari 400 kota besar dengan total populasi 1,5 miliar ini berada di risiko 'tinggi' atau 'ekstrim' karena tingkat polusi, cadangan air, suhu panas, bencana alam dan darurat iklim, menurut laporan itu.
Ibu kota Indonesia, Jakarta duduk di peringkat teratas dalam daftar penilaian risiko yang diterbitkan Verisk Maplecroft, Kamis (13/5/2021).
Menipisnya akuifer alami di bawah kota, menjadikan Jakarta sebagai kota yang paling cepat tenggelam di dunia.
Baca juga: 64.612 Kendaraan Pemudik Diminta Putar Balik ke Jakarta dan Sekitarnya
Baca juga: Hari Pertama Idul Fitri, Jalanan di Jakarta Terpantau Lengang
Dengan banjir yang kerap terjadi, menjadikan Jakarta diprediksi akan berada di bawah air pada 2050, dikutip dari Time.
India rumah bagi 13 dari 20 kota paling rentan di dunia, diprediksi akan mengalami kemerosotan kondisi lingkungan di masa depan.
Delhi menempati urutan kedua pada indeks global 576 kota, yang disusun oleh analis risiko bisnis Verisk Maplecroft.
Kemudian diikuti Chennai peringkat ketiga, Agra peringkat keenam, Kanpur urutan 10, Jaipur ke-22, dan Lucknow (24).
Mumbai, dengan populasi 12,5 juta, berada di urutan ke-27.
Berdasarkan tingkat polusi udara, 20 kota dengan tingkat polusi tertinggi semuanya ada di India.
Delhi bahkan duduk di peringkat teratas dalam daftar ini.
Polusi udara menyebabkan lebih dari 7 juta kematian dini di seluruh dunia setiap tahun, termasuk satu juta di India.
Penilaian polusi udara didasarkan dampak partikel mikroskopis yang merusak kesehatan yang dikenal sebagai PM2.5.
Partikel ini sebagian besar disebabkan pembakaran batu bara dan bahan bakar fosil lainnya.
Di luar Asia, Timur Tengah dan Afrika Utara memiliki sejumlah kota rentan dengan semua kategori ancaman.
Kota Lima di Peru adalah satu-satunya kota non-Asia yang masuk dalam daftar 100 kota paling rentan di dunia.
"Rumah bagi lebih dari setengah populasi dunia dan pendorong utama kekayaan, kota-kota sudah berada di bawah tekanan serius dari kualitas udara yang buruk, kelangkaan air dan bahaya alam," kata laporan yang ditulis Will Nichols.
"Di banyak negara Asia, kota-kota ini akan menjadi kurang ramah karena tekanan populasi meningkat dan perubahan iklim memperkuat ancaman dari polusi dan cuaca ekstrim, mengancam peran mereka sebagai penghasil kekayaan bagi ekonomi nasional."
Meski termasuk negara maju, banyak kota di China yang mengalami kerentanan lingkungan.
Dari 50 kota di seluruh dunia dengan polusi air terparah, 35 berada di China, menurut laporan itu.
Namun, Nichols mengatakan, sistem politik dan tingkat perkembangan China yang lebih maju mungkin akan lebih menguntungkan.
"Struktur tata kelola top-down China - dan kemauan untuk mengambil tindakan mendadak, seperti menutup pabrik untuk memenuhi tujuan emisi - memberinya lebih banyak kesempatan untuk memitigasi risiko ini."
Baca juga: Mengenal Teknologi Iron Dome, Sistem Pertahanan Militer Israel yang Halau Roket Hamas dari Gaza
Baca juga: Roketnya Jatuh di Samudera Hindia, China Dituding Tak Bertanggung Jawab atas Keamanan Luar Angkasa
Tata kelola India yang lebih lemah, ditambah dengan ukuran dan skala ekonomi informal, membuatnya jauh lebih sulit untuk mengatasi masalah lingkungan dan iklim di tingkat kota.
"Dua kota terpadat di Afrika, Lagos dan Kinshasa, termasuk di antara mereka yang berisiko tertinggi," kata laporan itu.
Kota-kota lain yang rentan termasuk Monrovia, Brazzaville, Freetown, Kigali, Abidjan, dan Mombasa.
Indeks iklim menggabungkan ancaman kejadian ekstrim, kerentanan manusia, dan kemampuan negara untuk beradaptasi.
Laporan ini adalah yang pertama dari serangkaian penilaian risiko untuk kota-kota dan mengevaluasi ancaman terhadap kelayakan hidup, potensi investasi, aset real estat, dan kapasitas operasional.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)