Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Argentina Berlakukan Lockdown Mulai Sabtu karena Jumlah Kematian Covid-19 Melonjak

Pemerintah Argentina memberlakukan lockdown ketat mulai Sabtu (22/5) sampai Senin (31/5) setelah jumlah kasus positif tinggi tiga hari terakhir

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Argentina Berlakukan Lockdown Mulai Sabtu karena Jumlah Kematian Covid-19 Melonjak
MARIA EUGENIA CERUTTI / PRESIDENSI ARGENTINA / AFP
Foto selebaran yang dirilis oleh Presidensi Argentina Presiden Argentina Alberto Fernandez (kanan) mengambil sumpah baru dari Menteri Kesehatan Carla Vizzotti di Buenos Aires pada 20 Februari 2021. Vizzotti diangkat sebagai menteri kesehatan pada 19 Februari 2021 menggantikan Gines Gonzales yang mengundurkan diri setelah permintaan Presiden Argentina Alberto Fernandez setelah diketahui bahwa orang-orang yang dekat dengannya telah melewatkan antrean untuk vaksinasi COVID-19. 

TRIBUNNEWS.COM, BUENOS AIRES -Pemerintah Argentina memberlakukan penguncian (lockdown)  ketat mulai Sabtu (22/5) hingga akhir bulan Mei.

Ini lockdown pertama yang diberlakukan tahun ini setelah jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 35 ribu dalam tiga hari berturut-turut dan jumlah kematian melonjak.

Tindakan tersebut akan berlangsung dari Sabtu hingga 31 Mei, dan akan membatasi peredaran serta menghentikan kegiatan sosial, bisnis, pendidikan, agama, dan olahraga.

Namun lockdown ini mengecualikan warga yang bekerja dengan jenis  pekerjaan penting.

"Kami menjalani saat terburuk sejak pandemi dimulai," kata Presiden Alberto Fernandez dalam pesan yang disiarkan oleh saluran TV nasional pada hari Kamis (20/5).

Baca juga: Lockdown, KBRI  Buenos Aires Gelar Kegiatan Idul Fitri Virtual dengan WNI di Argentina

“Kami mengalami jumlah kasus dan kematian tertinggi. Kita harus menanggapi situasi kritis ini dengan serius dan tidak membuat begitu banyak tragedi,” ujarnya.

Fernandez mengatakan bahwa setelah 31 Mei, semua tindakan selama pandemic tetap berlaku seperti sebelum lockdown.

Berita Rekomendasi

“Sangat penting bahwa otoritas setiap yurisdiksi menerapkan aturan yang kami tetapkan. Tidak ada ruang untuk spekulasi atau keraguan, ”kata Fernandez.

Ia seolah mengkritik gubernur karena tidak memastikan kepatuhan terhadap tindakan yang diperintahkan sebelumnya.

Presiden mengatakan akan ada bantuan ekonomi untuk sektor-sektor yang terkena dampak pembatasan baru dan menegaskan bahwa dalam beberapa hari mendatang lebih dari empat juta dosis vaksin Sputnik V dan AstraZeneca akan tiba.

Baca juga: Presiden Argentina Positif Terpapar Covid-19, Meski Telah Vaksinasi

Pada awal pandemi tahun lalu, Argentina memberlakukan salah satu karantina terpanjang antara Maret dan Juli, ketika mulai melonggarkan pembatasan.

Efek negatif dari pelockdown pada ekonomi dan suasana psikologi  nasional membuat pemerintah tidak mempunyai banyak pilihan. Ta[I kombinasi masalah kekurangan dosis vaksin dan daya tular yang tinggi dari varian baru virus membuat kehancuran sector Kesehatan Argentina.

Pada hari Selasa lalu, negara Amerika Selatan itu melampaui catatan harian infeksi virus dan kematian Covid-19 dengan 35.543 kasus baru dan 745 kematian. Hari-hari berikutnya terlihat tingkat infeksi tinggi yang serupa.

Data yang dikumpulkan Universitas John Hopkins menunjukkan, secara keseluruhan, Argentina mencatat 3,4 juta infeksi virus Corona yang dikonfirmasi dan lebih dari 72.000 kematian.

Lonjakan itu terjadi di tengah jumlah yang tinggi di wilayah tersebut.

Baca juga: Duterte Akan Kembali Terapkan Lockdown Lebih Ketat Jika Kasus Covid-19 Melonjak Lagi

Pada hari Rabu, Pan American Health Organisation (PAHO) mengatakan bahwa tiga dari lima negara di dunia dengan jumlah infeksi baru tertinggi berada di Amerika: Brazil, Amerika Serikat dan Argentina.

Tetapi sementara tingkat infeksi menurun di AS, berkat kemajuan yang signifikan dalam kampanye vaksinasi, tingkat di Argentina meningkat di tengah pasokan dosis yang tidak mencukupi.

Menurut Our World in Data, 18 persen populasi Argentina telah menerima setidaknya satu dosis, setara dengan Brasil, di mana tingkat infeksi tetap tinggi. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas