Anak 4 Tahun Kehilangan Ibu & 4 Saudara dalam Konflik Israel-Palestina, hingga Kini Belum Mau Bicara
Anak berusia 4 tahun yang kehilangan hampir seluruh keluarganya dalam konflik Israel-Palestina belum berbicara sejak rumah mereka dihancurkan rudal
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Ayah dari seorang anak berusia empat tahun yang kehilangan hampir seluruh keluarganya dalam konflik Israel-Palestina mengatakan putrinya belum berbicara sejak rumah mereka dihancurkan oleh rudal.
Sang anak disebut terlalu shock atas kejadian yang menimpanya itu.
Dilansir Mirror (22/5/2021), empat saudara kandung Maria Abu Hatib - Bilal, Mariam, Yusuf dan Yamin - dan ibunya Yasmine tewas dalam serangan rudal.
Ayah Maria selamat karena ia pergi ke toko untuk membeli roti sebelum pemboman.
Maria sendiri ditemukan di lantai dasar gedung, di Gaza.
Baca juga: Menlu Palestina Sebut Inti dari Konflik dengan Israel adalah Wilayah Yerusalem
Baca juga: Cerita Pemuda Palestina Lihat Ibunya Terkubur Hidup-hidup Akibat Ledakan Bom Israel
Keluarga Maria merayakan Idul Fitri bersama keluarga lain, Hadidi.
Empat dari Hadidi dan ibu mereka juga tewas dalam serangan itu, dengan total 10 nyawa hilang, semuanya perempuan dan anak-anak.
Dengan Maria duduk tanpa ekspresi di pangkuannya, Alaa Abu Hatib, sang ayah, mengatakan kepada Sky News:
"Sampai sekarang dia belum mengucapkan sepatah kata pun karena syok dan takut."
"Dia berada di lantai tiga dan kami menemukannya di lantai dasar."
"Dia masih terkejut, seorang gadis kecil melihat sesuatu yang bahkan kami, orang dewasa, tidak bisa mengatasinya."
Alaa tidak tidak mengerti mengapa bangunan tempat tinggal keluarganya menjadi sasaran.
Tidak jelas apakah kehancuran bangunan itu akibat serangan udara Israel atau roket Hamas yang gagal ditembakkan.
Warga Gaza dilanda ketakutan selama konflik 11 hari
Sebelum diberlakukannya gencatan senjata, Gaza mencatat 243 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak dan 1.900 terluka.
Di Israel 12 orang telah terbunuh, termasuk dua anak dan ratusan lainnya terluka oleh roket salvo dari Hamas dan pejuang Jihad Islam.
Beberapa jam setelah gencatan senjata, Hamas merayakan kesepakatan itu sebagai kemenangan.
Ezzat El-Rechiq, seorang staf biro politik senior Hamas mengatakan:
"Memang benar pertempuran berakhir hari ini tetapi Netanyahu dan seluruh dunia harus tahu bahwa tangan kita berada di pemicunya dan kita akan terus mengembangkan kemampuan perlawanan ini."
Sebanyak 16.800 rumah telah dirusak oleh pesawat tempur dan artileri Israel, infrastruktur Gaza dihancurkan dengan biaya puluhan juta dolar.
Pemulihan ekonomi Israel pasca-COVID-19 juga terpukul oleh biaya perang yang sangat mahal, yang membuat kedua belah pihak dituduh melakukan kejahatan perang terhadap warga sipil.
Di Sderot, kota paling terkenal di Israel, 75 persen anak-anak setempat telah dievakuasi dari rumah, selama serangan gencar terakhir.
Israel-Hamas Gencatan Senjata
Diberitakan sebelumnya, Israel dan militan Palestina sepakati gencatan senjata pada 21 Mei 2021 untuk mengakhiri konflik yang berlangsung 11 hari terakhir.
Dilansir The Guardian, gencatan senjata mulai berlaku Jumat (21/5/2021) pukul 2 pagi waktu setempat, atau pukul 06.00 WIB.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa kabinet telah menyetujui gencatan senjata "timbal balik dan tanpa syarat" yang diusulkan oleh Mesir yang telah menengahi pembicaraan.
Hamas dan Jihad Islam juga mengonfirmasi kesepakatan "bersama dan simultan" tersebut.
Baca juga: Pejabat Hamas Prediksi Gencatan Senjata Israel-Palestina akan Segera Terjadi: Mungkin dalam 24 Jam
Baca juga: Panggilan Telepon Keempat Biden dan Netanyahu, Bahas Jalan Menuju Gencatan Senjata Israel-Palestina
Semenjak pertempuran dimulai pada 10 Mei, pejabat kesehatan Palestina mengatakan 243 orang - termasuk 66 anak - telah tewas dalam pemboman udara yang menghancurkan Gaza.
Otoritas Israel menyebutkan korban tewas hingga saat ini pada 12 di Israel, di mana serangan roket berulang kali telah menyebabkan kepanikan dan membuat orang berlarian ke tempat penampungan.
Sebelumnya pada hari Kamis, militan Israel dan Palestina menghentikan tembakan mereka selama beberapa jam.
Ketenangan tidak bertahan lama, tetapi putaran pertempuran sebelumnya memiliki ketenangan yang serupa dalam kekerasan, yang dipandang sebagai upaya membangun kepercayaan, sebelum secara resmi mengakhiri permusuhan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lain seputar Israel Serang Jalur Gaza