Respons Negara-negara Eropa atas Aksi Belarusia yang Alihkan Pesawat dan Tangkap Jurnalis Oposisi
Negara-negara Uni Eropa mengutuk aksi Belarusia yang mengalihkan pesawat dan menahan jurnalis oposisi, serta meminta penyelidikan segera
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin Uni Eropa akan membahas respons mereka terhadap apa yang disebut sebagai "pembajakan" dan "tindakan yang mengejutkan".
Otoritas Belarusia menggunakan jet tempur untuk memaksa pesawat sipil, yang sedang terbang menuju Lituania, untuk mendarat di negaranya, dengan alasan ada ancaman bom.
Setelah pesawat mendarat, polisi Belarusia menangkap jurnalis oposisi Roman Protasevich.
Dilansir BBC.com, pria berusia 26 tahun itu naik pesawat Ryanair, yang terbang dari ibu kota Yunani, Athena menuju Vilnius, Lithuania.
Pesawat itu masih berada di wilayah udara Belarusia ketika diperintahkan untuk mengalihkan pesawat ke bandara ibu kota mereka sendiri, Minsk.
Baca juga: Jurnalis di Belarusia Ditangkap setelah Pesawat yang Dinaikinya Diminta Mendarat di Bandara Lain
Saksi mata mengatakan aktivis itu "sangat ketakutan" ketika mengetahui pesawat akan mendarat di Minsk.
Protasevich mengatakan kepada sesama penumpang bahwa dia akan menghadapi hukuman mati di sana.
Belarusia adalah satu-satunya negara Eropa yang masih menerapkan hukuman mati.
Media pemerintah di Belarus mengatakan Presiden Alexander Lukashenko lah yang secara pribadi memberikan perintah untuk pindah pendaratan.
Pesawat itu mendarat di Vilnius lebih dari enam jam setelah jadwal kedatangan seharusnya.
Sejak memenangkan pemilu yang disengketakan Agustus lalu, presiden Lukashenko telah memerintah negara itu sejak 1994.
Ia telah menindak suara-suara yang tidak setuju.
Banyak tokoh oposisi telah ditangkap sementara yang lain melarikan diri ke pengasingan.
Insiden itu menuai kecaman tajam dari seluruh Uni Eropa.
Negara-negara mendesak pembebasan segera Protasevich dan penyelidikan penuh.
Lusinan pejabat Belarusia, termasuk Presiden Lukashenko, sudah berada di bawah sanksi UE termasuk larangan perjalanan dan pembekuan aset, yang diberlakukan sebagai tanggapan atas penindasan terhadap lawan.
Bagaimana Pesawat Dialihkan?
Penerbangan FR4978 berbelok ke timur menuju Minsk tak lama sebelum mencapai perbatasan Lituania.
Yunani dan Lituania menyebutkan jumlah penumpang di pesawat pada 171 orang.
Dalam sebuah pernyataan, maskapai Irlandia Ryanair mengatakan para awak diberitahu oleh Belarus (Pengawas Lalu Lintas Udara) tentang potensi ancaman keamanan di dalam pesawat.
Mereka lalu diperintahkan untuk mengalihkan pesawat ke bandara terdekat, yaitu di Minsk.
Tetapi Tadeusz Giczan - editor Nexta, outlet media yang digunakan Protasevich untuk bekerja - men-tweet bahwa agen dari layanan keamanan Belarusia KGB telah naik ke pesawat dan menjadi sumber ancaman bom itu sendiri.
Franak Viacorka, teman Protasevich, mengatakan kepada program Today BBC Radio 4 bahwa Protasevich sudah merasakan sesuatu yang aneh di bandara Athena karena ia melihat seseorang mengikutinya.
Beberapa penumpang menggambarkan melihat Protasevich tampak gugup saat insiden itu terjadi.
"Dia menolek ke orang-orang dan berkata ia akan menghadapi hukuman mati," kata Monika Simkiene kepada kantor berita AFP.
Penumpang lain mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Protasevich sempat membuka overhead loker setelah diberitahu tentang pengalihan tersebut.
Protasevich mengeluarkan laptop dan telepon dan memberikannya kepada seorang teman wanita.
Viacorka mengatakan wanita itu, yang merupakan pacar Protasevich dan ditangkap bersamanya, tidak terlibat sama sekali dalam apa pun.
Tetapi otoritas Rusia tetap mengejarnya karena dia adalah orang yang dekat dengan Protasevich.
Wanita itu diidentifikasi bernama Sofia Sapega, warga negara Rusia.
"Ini adalah kasus pembajakan yang disponsori negara," kata kepala eksekutif Ryanair Michael O'Leary kepada radio Irish Newstalk, Senin (24/5/2021).
"Tampaknya pihak berwenang bermaksud untuk memecat seorang jurnalis dan teman seperjalanannya ... kami yakin ada beberapa agen KGB yang diturunkan di bandara juga," kata O'Leary.
Mengapa Roman Protasevich menjadi target?
Protasevich adalah mantan editor Nexta, media dengan saluran Telegram.
Ia meninggalkan Belarusia pada 2019 untuk hidup di pengasingan di Lituania.
Dari sana ia meliput peristiwa pemilihan presiden 2020, setelah itu didakwa melakukan terorisme dan menghasut kerusuhan.
Nexta memainkan peran kunci bagi oposisi selama pemungutan suara, yang dimenangkan oleh Lukashenko dan dianggap dicurangi.
Protasevich pertama kali menarik perhatian pihak berwenang saat remaja, di mana ia dikeluarkan dari sekolah setelah ikut aksi protes pada tahun 2011.
Protasevich kini bekerja untuk saluran Telegram yang berbeda, Belamova.
Ia turun tangan untuk menulis untuk Belamova setelah blogger Igor Losik ditangkap oleh otoritas Belarusia pada Juni tahun lalu.
Ia berada di Athena untuk menghadiri konferensi ekonomi bersama dengan Svetlana Tikhanovskaya, pemimpin oposisi yang mengklaim kemenangan dalam pemilihan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar Belarusia