Kim Jong Un Perintahkan Aparat Musnahkan Kucing & Burung Merpati untuk Hentikan Penyebaran Covid-19
Diktator berusia 37 tahun tersebut menilai pemusanahan tersebut bisa menghentikan penyebaran virus Corona di negara komunis itu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, KOREA UTARA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un punya cara sendiri membasmi penularan Covid-19 di negara komunis itu.
Caranya, Kim memerintahkan pejabatnya untuk memusnahkan kucing dan burung merpati di negara tersebut.
Hal itu karena kucing dan burung merpati diyakini membawa virus Covid-19 dari China ke Korea Utara.
Diktator berusia 37 tahun tersebut menilai pemusanahan tersebut bisa menghentikan penyebaran virus Corona di negara komunis itu.
Dikutip dari Mirror, pejabat pemerintah di perkotaan dan perbatasan terlihat menembaki burung merpati.
Mereka juga melakukan pencarian terhadap kucing dan pemilik yang menolak memberikan kucingnya.
Baca juga: Lebih Cepat Menular Lewat Udara, Vietnam Deteksi Mutasi Virus Covid-19
Dilaporkan Daily NK, di Hyesan, kota yang dekat dengan perbatasan, satu keluarga ditempatkan di fasilitas isolasi selama 20 hari karena membesarkan seekor kucing.
Korea Utara sendiri sebelumnya menegaskan tak ada kasus Covid-19, hal yang sulit untuk dikonfirmasi karena tertutupnya negara tersebut.
Meski begitu, sebelumnya Korea Utara mengharapkan adanya bantuan vaksina Covid-19, walau mereka juga menegaskan juga akan membuat vaksin secara lokal.
Beberapa bulan terakhir, Kim Jong-un dikabarkan telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang cukup aneh.
Pada awal bulan ini, ia telah melarang penggunaan obat yang beradal dari China di seluruh rumah sakit negara tersebut.
Hal itu dikarenakan kematian seorang pejabat berpengaruh yang merupakan kepercayaan sang pemimpin setelah disuntikkan dengan obat dari negara tetangganya tersebut.
Selain itu, ia tak memperbolehkan rakyatnya menggunakan celana jin ketat dan potongan rambut gaya mullet.
Menurutnya, hal itu sebagai usaha untuk membuat para pemuda tetap terkontrol dan menghentikan invasi gaya hidup kapitalis.
Sumber: Kompas.TV