10.000 Orang Mundur sebagai Sukarelawan Olimpiade Tokyo
Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo mengatakan sekitar 10.000 dari 80.000 orang mundur dari sukarelawan Olimpiade, pada Selasa (1/6/2021).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo mengatakan sekitar 10.000 dari 80.000 orang mundur dari sukarelawan Olimpiade, pada Selasa (1/6/2021).
Dilansir NHK, mundurnya sukarelawan Olimpiade Tokyo dimulai pada Februari 2021, setelah ketua panitia penyelenggara Mori Yoshiro mendapat kecaman atas pernyataannya yang dianggap menghina perempuan.
Bahkan setelah Mori mengundurkan diri dari jabatannya untuk bertanggung jawab atas pernyataannya, lebih banyak sukarelawan yang mengundurkan diri.
Baca juga: Jepang Pertimbangkan Aturan Negatif Tes Covid-19 Bagi Penonton Olimpiade Tokyo
Alasan mundurnya para sukarelawan seputar faktor-faktor lain, seperti ketakutan akan infeksi atau perubahan di lingkungan kerja.
Direktur Jenderal Komite Muto Toshiro mengatakan dia yakin ada beberapa orang yang merasa sulit untuk menjadi sukarelawan mengingat jadwal mereka.
Muto menyarankan bahwa penarikan begitu banyak sukarelawan tidak akan menimbulkan masalah, mengutip langkah-langkah seperti kemungkinan beberapa sukarelawan bekerja untuk Olimpiade dan Paralimpiade.
Baca juga: Menteri Olimpiade Jepang Minta Atlet dan Ofisial Vaksinasi dan Tes PCR di Negara Masing-masing
Dokter Layanan Medis juga Mengundurkan Diri
NHK melaporkan, dokter yang bertanggung jawab atas layanan medis di Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo juga mengundurkan diri.
Beberapa di antaranya mengaku jadwal kerja mereka padat.
Panitia penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo berencana untuk menugaskan dokter yang disebut Venue Medical Officer, atau VMO, ke setiap lokasi.
Anggota VMO, termasuk dokter medis darurat di rumah sakit universitas, mengawasi staf medis dalam merawat atlet dan penonton jika mengalami demam, atau setelah bencana dan aksi terorisme.
Nantinya, di lokasi kompetisi selama Olimpiade Tokyo, ruang medis untuk atlet dan ruang terpisah untuk penonton harus disiapkan.
Tenda juga disiapkan untuk mengisolasi orang yang demam.
Baca juga: Ini Penyebab Carolina Marin Tidak Jadi Ikut Olimpiade Tokyo 2020
Ditunda karena Pandemi
Reuters melaporkan, Olimpiade Tokyo 2020 ditunda tahun lalu karena pandemi virus corona dan akan dimulai pada 23 Juli.
Berbagai jajak pendapat menunjukkan bahwa mayoritas responden menentang penyelenggaraan Olimpiade musim panas ini selama pandemi.
Baca juga: Aplikasi Penanggulangan Corona Semua Atlet dan Officials Olimpiade Jepang Habiskan 3,85 Miliar Yen
Draf Penonton Khusus Olimpiade Jepang
Sebuah draf beredar yang menyebutkan adanya kemungkinan penonton khusus selama penyelenggaraan Olimpiade Tokyo Jepang yang akan dimulai 23 Juli 2021.
"Jumlah sangat terbatas dan itu juga penonton khusus yang diseleksi sangat ketat untuk memasuki stasiun Olimpiade," kata sumber Tribunnews.
Draf yang sedang dipertimbangkan pemerintah untuk penanggulangan virus corona bagi penonton di Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo di musim panas telah terungkap.
Pilar utamanya adalah wajib menunjukkan sertifikat negatif seperti tes PCR pada saat masuk, dan larangan membawa makanan dan minuman ke dalam lokasi Olimpiade.
Baca juga: Jepang Pertimbangkan Aturan Negatif Tes Covid-19 Bagi Penonton Olimpiade Tokyo
Tindakan tegas akan diambil untuk mencegah penyebaran infeksi Covid-19 selama Olimpiade.
Beberapa pejabat pemerintah telah mengungkapkan rencana untuk menentukan jumlah maksimum penonton di venue pada akhir Juni.
Dengan asumsi jumlah penonton tertentu akan masuk, ketiga pihak baik penyelenggara, pemerintah dan pihak IOC, akan bergegas menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi berdasarkan draf tersebut.
Baca juga: Arus Orang Malah Jauh Lebih Beresiko Tinggi Ketimbang Stadiun Olimpiade Jepang
Tes PCR
Menurut draft, semua penonton akan diminta untuk melakukan tes PCR terlebih dahulu, menunjukkan hasil tes PCR nya dan masuk akan diizinkan dengan syarat mereka menunjukkan sertifikat negatif dalam waktu satu minggu sebelum hari pertandingan di pintu masuk.
Orang yang sudah divaksinasi tidak diminta sertifikat negatif tes PCR jika mereka memiliki sertifikat vaksinasi.
Biaya tes PCR dibayar oleh pemerintah, dan pemerintah memperkirakan bahwa jumlah maksimum pemeriksaan diperkirakan sekitar 400.000 per hari, dan sistem inspeksi akan diperluas di masa depan.
"Di venue, kami akan memeriksa kesehatan secara menyeluruh di pintu masuk, memakai masker setiap saat, menjaga prokes dan meninggalkan venue secara terdistribusi."
"Dilarang makan dan minum sambil menonton pertandingan, dilarang bersorak keras, dan tos (beradu telapak tangan dengan orang lain). Penjaga keamanan ditugaskan, dan tindakan seperti penolakan masuk dan keluar dilakukan tegas sekali bagi para pelanggar," jelasnya.
Berita lain terkait Olimpiade Tokyo
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Richard Susilo)