Jepang Akan Cabut Sebagian Aturan Darurat Covid-19 Di Tokyo, Satu Bulan Sebelum Olimpiade
Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga mengatakan bahwa negaranya akan mencabut kondisi darurat di Tokyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga mengatakan bahwa negaranya akan mencabut kondisi darurat di Tokyo dan daerah lainnya selama satu bulan menjelang Olimpiade.
Namun, langkah-langkah tertentu akan tetap dipertahankan selama dua minggu ke depan.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (17/6/2021), Suga mengkonfirmasi pada hari Kamis waktu setempat bahwa kondisi darurat di 9 prefektur termasuk Tokyo akan berakhir pada 20 Juni mendatang, hanya satu bulan sebelum Olimpiade dimulai pada 23 Juli 2021.
"Jumlah infeksi secara nasional telah menurun sejak pertengahan Mei lalu dan kasus pasien rawat inap di rumah sakit terus membaik. Di sisi lain, di beberapa daerah, ada tanda-tanda bahwa penurunan jumlah infeksi melambat," kata Suga.
Oleh karena itu, di Tokyo serta 6 prefektur lainnya, kondisi darurat akan diganti dengan tindakan 'darurat semu'.
Pembatasan tingkat yang lebih rendah akan tetap diberlakukan hingga 11 Juli mendatang.
Aturan baru ini akan sedikit melonggarkan pembatasan untuk penjualan alkohol, misalnya, mengizinkan penjualan berlangsung hingga jam 7 malam, namun restoran dan bar tetap harus tutup pada jam 8 malam.
Kondisi darurat saat ini juga secara ketat membatasi jumlah penonton yang menghadiri acara besar, dengan hanya mengizinkan 5.000 orang atau 50 persen dari kapasitas tempat acara.
Pada hari Rabu Lalu, batas itu dinaikkan menjadi 10.000 untuk area yang tidak berada di bawah batasan apapun, yang diperkirakan akan tetap berlaku untuk Olimpiade mendatang.
Sementara itu nasib Olimpiade masih belum pasti
Meskipun mengadakan acara olahraga tanpa dihadiri penonton secara langsung menjadi pendekatan yang paling tidak berisiko.
Namun, pemerintah diperkirakan masih akan mengizinkan penonton untuk hadir secara langsung.
Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan bahwa masih ada kemungkinan Olimpiade ini pada akhirnya dapat ditunda atau dibatalkan sama sekali.
Ini bisa saja terjadi jika situasi Covid-19 berada di luar kendali.
"Prioritas utama kami adalah melindungi kehidupan dan kesehatan masyarakat. Kami akan melakukan yang terbaik untuk mengendalikan infeksi dan mengamankan tempat tidur rumah sakit," tegas Nishimura.
Sebelumnya, Olimpiade Tokyo awalnya dijadwalkan berlangsung pada musim panas tahun lalu, namun terpaksa ditunda selama satu tahun karena pandemi yang masih berlangsung.
Penduduk Jepang sangat mewaspadai Olimpiade yang akan datang, dengan beberapa survei menunjukkan hingga 80 persen penduduk negara itu mendukung gagasan untuk menunda lebih lanjut Olimpiade atau membatalkannya sama sekali.
Olimpiade ini dikhawatirkan menjadi momentum 'penyebar super' yang dapat mendorong Jepang ke dalam gelombang besar baru Covid-19.
Sejauh ini, negara itu telah mencatat sekitar 780.000 kasus positif dengan lebih dari 14.000 kematian.