Malaysia Pertimbangkan untuk Mencampur 2 Vaksin Covid-19 Berbeda untuk Meningkatkan Efikasi
Pemerintah Malaysia sedang mempertimbangkan untuk mencampur dua vaksin berbeda untuk meningkatkan kemanjuran terhadap varian Covid-19
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Malaysia sedang mempertimbangkan untuk mencampur dua vaksin berbeda untuk meningkatkan kemanjuran terhadap varian Covid-19.
Hal ini diungkapkan Menteri Sains, Khairy Jamaluddin dalam webinar Rabu (16/6/2021), seperti yang dilaporkan The Straits Times.
Khairy mengatakan tidak lagi mengejar "herd immunity" di Malaysia karena diperkirakan Covid-19 akan menjadi endemik di negara itu.
"Saya sudah berhenti menggunakan istilah itu," katanya.
"Saya sudah menyarankan Perdana Menteri untuk berhati-hati dalam menggunakan istilah 'kekebalan kelompok', karena pandangan saya sebagai menteri koordinator, melihat data dan sains, virus ini sangat mungkin endemik."
Baca juga: Raja Malaysia Serukan Dimulainya Kembali Parlemen Sesegera Mungkin, Jegal Rencana Perdana Menteri
Baca juga: China Sumbang 500 Ribu Dosis CoronaVac ke Malaysia
"Dan kita mungkin melihat Covid-19, dalam bentuk yang tidak terlalu mengancam, tetapi akan tetap bersama kita untuk beberapa waktu."
"Seperti apa dunia, atau seperti apa Malaysia pada 2022, adalah campuran dari orang-orang yang telah divaksinasi lengkap serta alat tes cepat yang dapat digunakan setiap hari, dan saya pikir kita perlu memperkenalkan itu sebagai bagian dari hidup kita."
Program Imunisasi Nasional (NIP) telah menetapkan target vaksinasi 80 persen dari populasi untuk mencapai kekebalan kelompok terhadap Covid-19.
Khairy, yang juga menteri koordinator NIP, mengatakan pihak berwenang juga melihat data dunia nyata yang diterima dari Jerman tentang vaksinasi heterolog.
Vaksinasi heterolog itu menggunakan vaksin dari AstraZeneca untuk dosis pertama, kemudian Pfizer-BioNTech sebagai dosis kedua.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Malaysia Masih Tinggi, Tercatat 5.150 Kasus Baru dalam 24 Jam Terakhir
Baca juga: PM Malaysia Umumkan 4 Fase Pemulihan Nasional, Dimulai dengan Lockdown
Vaksinasi heterolog, kata Khairy, adalah metode menggunakan dua vaksin berbeda untuk meningkatkan kemanjuran terhadap varian yang berbeda.
Ia menambahkan, data sejauh ini menunjukkan bahwa cara itu telah meningkatkan antibodi penetralisir dan meningkatkan efektivitas yang lebih baik terhadap varian yang berbeda.
"Kami mengawasi ini dengan sangat cermat. Kami tidak ingin membuat keputusan cepat tentang ini sebelum mendapatkan lebih banyak data."
"Setelah kelompok kerja teknis jelas tentang hal itu, mereka akan memberi tahu komite yang saya pimpin bersama Menteri Kesehatan."
"Kami kemudian akan menerapkan vaksinasi heterolog," kata Khairy saat webinar bertajuk The Path To Herd Immunity yang diselenggarakan oleh The Oxford & Cambridge Society Malaysia pada Rabu.
Ia mencatat bahwa ada kemungkinan bahwa mereka akan melakukan cara itu, karena banyak negara telah melakukannya untuk meningkatkan antibodi penetralisir dan kemanjuran.
"Selain itu, ketika menghadapi kendala pasokan vaksin, Anda bisa mencampurnya untuk memastikan efektivitas vaksin tetap ada," ujarnya.
Selama webinar, Khairy juga mengatakan pihak berwenang berpikir untuk memperpendek interval pemberian dosis AstraZeneca.
Tetapi ia mengakui ada kendala pasokan vaksin AstraZeneca.
"Sebagian pasokan AstraZeneca dari Covax tertunda dan beberapa pasokan dari Thailand juga sedikit tertunda."
"Jadi, kami sedang menghitung ulang jadwal pengiriman kami sekarang untuk melihat apakah kita dapat mempersingkat periode interval untuk AstraZeneca," katanya.
Interval dosis AstraZeneca saat ini adalah 12 minggu.
Baca juga: TANYA JAWAB Covid-19 Varian Delta: Alasan Mengapa Menjadi Perhatian hingga Efektivitas Vaksin
Baca juga: WHO Sebut Covid-19 Varian Delta Bermutasi di 80 Negara, Perhatikan Gejalanya
Secara terpisah, Khairy mengatakan kementeriannya bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan untuk mempertimbangkan vaksinasi bagi mereka yang akan mengikuti ujian tahun ini.
Ia mengatakan vaksinasi itu akan mencakup guru, staf pendukung serta siswa tahun ujian nasional, karena Pfizer-BioNTech telah disetujui untuk mereka yang berusia 12 hingga 15 tahun.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya dari Malaysia