Pemerintah AS Blokir Situs-situs Berita Iran karena Dianggap Sebar Informasi yang Menyesatkan
Pemerintah Amerika Serikat memblokir beberapa situs web berita Iran karena dianggap menyebarkan informasi yang salah.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Amerika Serikat memblokir beberapa situs web berita Iran karena dianggap menyebarkan informasi yang salah.
Dilansir BBC, banyak situs yang offline pada Selasa (22/6/2021).
Situs yang tak bisa dibuka itu menampilkan pemberitahun "situs telah disita oleh AS", bersamaan dengan logo FBI dan Departemen Perdagangan.
Situs yang diblokir termasuk Press TV milik negara Iran dan TV al-Masirah, yang dijalankan oleh gerakan Houthi yang didukung Iran.
Departemen Kehakiman AS mengatakan AS telah "menyita" 33 situs web yang dijalankan oleh Persatuan Radio dan Televisi Islam Iran dan tiga lainnya yang dijalankan oleh milisi Hizbullah yang didukung Iran, kantor berita Reuters melaporkan.
Baca juga: AS Menyita 36 Situs Berita Terkait Palestina dan Iran dengan Dalih Disinformasi
Baca juga: Pidato Pertama Raisi setelah Terpilih Jadi Presiden Iran: Janji akan Kembalikan Kesepakatan Nuklir
Situs web tidak dapat diakses pada Selasa sore, dengan pernyataan di situs web Al-Alam berbunyi:
"Domain alalamtv.net telah disita oleh Pemerintah Amerika Serikat sesuai dengan surat perintah penyitaan ... sebagai bagian dari tindakan penegakan hukum oleh Biro Industri dan Keamanan, Kantor Penegakan Ekspor dan Biro Investigasi Federal."
Pemberitahuan juga muncul di beberapa situs web Press TV Iran, saluran televisi satelit berbahasa Inggris utama pemerintah Iran, dan Al Alam, yang setara dengan bahasa Arab.
Lualua TV, saluran independen Bahrain berbahasa Arab yang mengudara dari Inggris, juga di-take down.
Iran memberikan dukungan kepada gerakan pemberontak Houthi Yaman, yang mengonfirmasi bahwa domainnya di almasirah.net telah diblokir.
Beberapa situs kembali online dalam beberapa jam dengan alamat domain baru.
Baca juga: Singgung Perjanjian Nuklir dengan AS, Presiden Baru Iran Ebrahim Raisi Menolak Bertemu Joe Biden