Pemukim Israel Enggan Tinggalkan Permukiman Ilegal di Tepi Barat
Pemukim Israel menolak untuk meninggalkan permukiman ilegal di Tepi Barat, tanah yang menjadi sandaran hidup bagi warga Palestina.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan di Tepi Barat kembali mencapai titik didih ketika pemukim Israel menolak untuk meninggalkan permukiman ilegal di Tepi Barat, tanah yang menjadi sandaran hidup bagi warga Palestina.
Badan intelijen domestik Israel, Shin Bet, melaporkan hampir 600 insiden kekerasan terjadi saat militer Israel memperkuat kehadirannya dengan beberapa batalyon lagi.
Dilansir Al Jazeera, pada Mei 2021 kemarin, 34 warga Palestina dilaporkan tewas, angka bulanan tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
Baca juga: PBB: Israel Langgar Hukum Internasional Karena Ekspansi Ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur
Baca juga: Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid Dijadwalkan akan Lakukan Kunjungan Pertama ke UEA
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), dalam laporan kemanusiaan terbarunya, yang mencakup dua minggu pertama Juni saja, menyatakan bahwa para pelaku yang diketahui, atau diyakini sebagai pemukim Israel, melukai 11 warga Palestina termasuk empat anak, merusak kendaraan, dan menghancurkan ratusan pohon zaitun, sistem air dan properti milik Palestina lainnya.
Ketika kekerasan pemukim dan protes Palestina menyebar luas, salah satu titik fokus bentrokan adalah Beita di Tepi Barat utara dekat Nablus.
Empat warga Palestina ditembak mati oleh pasukan Israel saat mereka memprotes perampasan dua hektar tanah mereka, yang sebelumnya digunakan untuk penanaman zaitun, untuk pembangunan pemukiman ilegal Israel di Evyatar.
Desa-desa di Tepi Barat yang diduduki sering mengadakan demonstrasi menentang perampasan tanah, pembongkaran rumah, dan pemukiman Israel yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Pasukan Israel biasanya menanggapi protes dengan kekerasan yang tidak proporsional.
Ada sekitar 475.000 pemukim Israel tinggal di Tepi Barat yang diduduki, rumah bagi lebih dari 2,8 juta warga Palestina
Human Rights Watch (HRW) dalam sebuah laporan baru-baru ini mengatakan Israel melakukan "kejahatan terhadap kemanusiaan apartheid dan penganiayaan" terhadap warga Palestina.
Ini merinci bagaimana Israel berusaha mempertahankan hegemoni Yahudi-Israel atas rakyat Palestina dari Sungai Yordan hingga Laut Mediterania.
Baca juga: Pascaperang 11 Hari Israel-Hamas, Warga Gaza Hadapi Pembangunan Ulang yang Habiskan Biaya Mahal
Baca juga: HNW Serukan Indonesia Bersama Malaysia Dan Brunei Boikot Produk Israel
Menurut laporan OCHA, kekerasan pemukim baru-baru ini juga termasuk serangan terhadap warga Palestina di Sheikh Jarrah dan Silwan .
"Warga Palestina lainnya terluka di Al Khadr dekat Bethlehem, Huwwara dekat Nablus dan daerah H2 Hebron," kata laporan itu.
"Api membakar sekitar 1.000 pohon zaitun di Al Jab'a dekat Betlehem, 30 pohon zaitun dan sebuah rumah di Ni'lin dekat Ramallah, 70 pohon zaitun di Beita dan sekitar 80 tumpukan jerami di Tuba dekat Hebron," katanya.
Berita lain terkait Tepi Barat
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)