Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peneliti China: Dua Vaksin Covid-19 Buatan  China Kurang Efektif Melawan Varian Delta

Peneliti di China mengatakan dua vaksin Covid-19 buatan China kurang efektif melawan virus corona varian Delta, yang kini banyak melanda dunia

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Peneliti China: Dua Vaksin Covid-19  Buatan  China Kurang Efektif Melawan Varian Delta
TRIBUNNEWS.COM/HO
Debitur Kredit Pemilikan Rumah (Subsidi) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mengurus administrasi untuk akad di Perumahan Puri Delta Tigaraksa, Tangerang, Banten, Jumat (23/4)/2021. Sebagai wujud dukungan atas Gerakan Konversi 1 Juta Kompor LPG ke Kompor Induksi, Bank BTN menggelar Akad Perdana KPR Subsidi BTN dalam rangka Gerakan 1 Juta Kompor Induksi bersama PLN. Akad perdana ini diikuti oleh 71 debitur dari total 3.100 unit rumah yang ada di lokasi perumahan tersebut. Selain memperoleh kompor induksi secara gratis, nantinya para debitur akad ini juga akan memperoleh insentif dari PLN berupa keringanan biaya penyambungan listrik. TRIBUNNEWS.COM/HO 

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING  - Antibodi yang dipicu oleh dua vaksin Covid-19 dari China kurang efektif terhadap varian Delta dibandingkan dengan strain lain. Namun kedua vaksin ini tetap bisa digunakan sebagai upaya perlindungan.

Dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh China Central Television pada hari Kamis (24/6), Dr Feng Zijian, mantan wakil direktur di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China mengungkapkan hal itu. Namun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Peneliti China itu tidak menyebutkan nama  kedua vaksin China tersebut. Tetapi ia mengatakan bahwa kedua vaksin China itu termasuk dalam kategori vaksin yang tidak aktif, yang mengandung virus corona "mati" yang tidak dapat bereplikasi dalam sel manusia.

Lima dari tujuh vaksin yang dikembangkan di dalam negeri dalam skema inokulasi massal China adalah vaksin yang tidak aktif.

Ini termasuk obat-obatan dari Sinovac Biotech dan Sinopharm yang digunakan di negara-negara seperti Brasil, Bahrain dan Chili.

Baca juga: Lebih Cepat Menular, 90 Persen Kasus Covid-19 di Uni Eropa Akibat Varian Delta Pada Agustus Nanti

Baca juga: Khawatir Picu Gelombang Ketiga Covid-19, India Beri Perhatian Serius Varian  Delta Plus

Sejumlah pejabat mengatakan, varian Delta telah menyebabkan infeksi di tiga kota di selatan Guangdong,  di mana 170 pasien yang dikonfirmasi secara lokal dilaporkan antara 21 Mei dan 21 Juni.

Masih belum jelas berapa banyak dari mereka yang terinfeksi oleh varian Delta.

Berita Rekomendasi

Sekitar 85 persen dari kasus Guangdong dalam wabah terbaru ditemukan di ibukota provinsi Guangzhou.

"Dalam wabah Guangdong  tidak satu pun dari mereka (yang) divaksinasi menjadi kasus yang parah," kata Dr Feng.

Dominan Secara Global

Virus Corona varian Delta sangat menular sehingga diperkirakan 90 persen kasus Covid-19 baru di Uni Eropa akan diakibatkan varian ini pada Agustus mendatang.

Baca juga: Kenali Gejala Umum Virus Corona, Beserta Gejala Covid-19 Varian Delta

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) pada Rabu (23/6) mengatakan, varian Delta (B.1.617.2) ini 40 hingga 60 persen lebih menular daripada varian Alpha (B.1.1.7).

Varian Alpha adalah virus yang pertama kali ditemukan di Inggris dan menjadi varian utama di Uni Eropa.

Karena penularannya yang meningkat, Delta menjadi perhatian bagi banyak pemerintah di seluruh Eropa. Apalagi sebagian besar negara berencana melonggarkan pembatasan setelah penurunan keseluruhan kasus Covid-19 baru.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas