Penelitian di Belanda: Covid-19 Dapat Menginfeksi Sel-sel Otak
Sejak pandemi, pasien di seluruh dunia telah melaporkan gangguan neurologis dan kejiwaan seperti masalah memori, sakit kepala, psikoses langka.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, DEN HAAG – Virus corona dapat menginfeksi sel-sel otak, memicu reaksi yang memicu keluhan neurologis dan psikologis.
Hal itu disampaikan para peneliti Belanda pada Kamis (24/6/2021) waktu setempat, seperti dilansir AFP dan Straits Times, Jumat (25/6/2021).
"Meskipun penyebaran virus corona dengan cepat berhenti, yang menyebabkan kerusakan terbatas setelah memasuki otak melalui hidung, itu memicu sitokin, protein kecil yang bertindak sebagai utusan dalam sistem kekebalan tubuh," kata penelitian yang diterbitkan dalam jurnal mikrobiologi mSphere yang berbasis di AS.
"Ini dapat memainkan peran dalam infeksi lokal ... yang mungkin berkontribusi pada keluhan neurologis dan psikologis di antara banyak (mantan) pasien," kata penelitian, yang dilakukan oleh Pusat Medis Universitas Erasmus di Rotterdam.
"Apa yang kami lihat mirip dengan fakta bahwa infeksi oleh SARS-CoV-2 jarang menyebabkan ensefalitis serius di mana virus menyebar tak terkendali melalui otak," kata Debby van Riel, ahli virologi di Universitas Erasmus.
"Tetapi fakta bahwa SARS-CoV-2 mungkin dapat memasuki otak melalui saraf penciuman dan sel-sel yang menginfeksi secara lokal, yang mengarah pada respons peradangan, tentu dapat berkontribusi pada gangguan neurologis," katanya dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Saat Kasus Covid-19 Naik Drastis, Jangan Lupa Jaga Kesehatan Mental, Ini Tipsnya
Sejak pandemi virus corona dimulai, pasien di seluruh dunia telah melaporkan gangguan neurologis dan kejiwaan seperti masalah memori, sakit kepala, psikoses langka dan dalam beberapa kasus ensefalitis.
Satu dari tiga orang yang terjangkit Covid-19 didiagnosis dengan gangguan ini dalam waktu enam bulan setelah terinfeksi, kata sebuah studi besar yang diterbitkan pada bulan April lalu di jurnal spesialis The Lancet Psychiatry.
Data yang berkembang telah menunjukkan bahwa virus dapat memasuki otak melalui saraf penciuman, studi Erasmus menambahkan.
"Namun, apa yang terjadi ketika virus memasuki otak tetap masih kurang dipahami," katanya.(AFP/Straits Times)