Penelitian di AS: Obat Disfungsi Ereksi Laris di Masa Pandemi Covid-19
Penelitian baru menemukan obat disfungsi ereksi (DE) laku keras selama Pandemi Covid-19di Amerika Serikat.
Editor: hasanah samhudi
Aktivitas seksual erat kaitannya dengan kesehatan mental. Stres, kecemasan, dan depresi yang disebabkan oleh virus dan pandemi dapat dikaitkan dengan disfungsi seksual dan suasana hati yang buruk.
Ketiga, penurunan kesehatan secara keseluruhan.
Baca juga: Jangan Abai, Ketahui 3 Gejala Gangguan pada Prostat yang Dapat Mempengaruhi Ereksi dan Ejakulasi
DE biasanya merupakan gejala dari masalah kesehatan tertentu. Pria dengan kesehatan yang buruk berisiko lebih besar terkena DE dan juga memiliki reaksi parah terhadap Covid-19.
"Disfungsi ereksi bisa menjadi penanda kesehatan secara keseluruhan," jelas ahli urologi Ryan Berglund, MD.
“Jadi khususnya bagi orang muda dan sehat yang tiba-tiba mengalami disfungsi ereksi, dan terutama setelah Covid-19, ini bisa menjadi pertanda sesuatu yang lebih serius sedang terjadi,” katanya.
Selain itu, peneliti melihat perlu diperhatikan potensi kerusakan testis yang bagi pria penyintas Covid-19, meskipun masih terlalu dini untuk mengetahui apakah kerusakan itu permanen, sementara, atau dapat memengaruhi kesuburan.
Usia juga merupakan aspek penting untuk dipertimbangkan, karena merupakan faktor risiko untuk mengembangkan DE dan kasus Covid-19 yang parah.
Baca juga: Benarkah Terlalu Sering Bersepeda Picu Disfungsi Ereksi? Ini Jawabannya
“Ada penelitian yang menunjukkan bahwa mungkin ada efek kardiovaskular dan efek medis lain yang muncul dari Covid-19, tetapi jawabannya adalah terlalu dini untuk mengatakan apa sebenarnya semua efek jangka panjangnya,” kata Dr. Berglund. (Tribunnews.com/UPI/Healthday/Hasanah Samhudi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.