Tunangan Julian Assange Desak Joe Biden Bebaskan Pendiri Wikileaks
Tunangan Julian Assange, Stella Moris, meminta Presiden AS Joe Biden membebaskan pendiri Wikileaks dan tidak mengekstradisinya dari Inggris
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Presiden AS Joe Biden harus membebaskan Julian Assange jika dia ingin Amerika Serikat kembali menjadi mercusuar bagi kebebasan pers.
Washington telah meminta ekstradisi Assange atas perannya dalam kebocoran informasi rahasia terbesar yang pernah ada, menuduhnya membahayakan nyawa dengan merilis banyak sekali catatan rahasia militer AS dan saluran diplomatik.
Julian Assange sekarang telah menghabiskan sembilan tahun di penjara atau penahanan diri di Inggris.
Tunangan Assange, Stella Moris, dan hakim Inggris yang mengawasi permintaan ekstradisi telah memperingatkan bahwa Julian Assange mungkin tidak akan selamat dari proses untuk mengekstradisinya.
"Jika Biden benar-benar ingin memutuskan warisan Trump, maka dia harus membatalkan kasus ini," kata Moris kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
Baca juga: Pendiri Antivirus John McAfee Tewas Gantung Diri di Penjara, Tak Lama Setelah Keputusan Ekstradisi
Baca juga: Vladimir Putin: Rusia Siap Mengekstradisi Penjahat Cyber ke Amerika
"Mereka tidak dapat mempertahankan penuntutan terhadap Julian ini sambil mengatakan bahwa mereka membela kebebasan pers global,” kata
Ketika Barack Obama menjabat sebagai presiden dan Biden adalah wakil presidennya, AS memutuskan untuk tidak mengupayakan ekstradisi Assange.
Saat itu AS beralasan bahwa apa yang dilakukan WikiLeaks mirip dengan aktivitas jurnalistik yang dilindungi oleh Amandemen Pertama Konstitusi.
Beberapa minggu setelah menjabat, pejabat pemerintahan Trump meningkatkan kritik publik terhadap Assange dan kemudian mengajukan serangkaian tuntutan pidana yang menuduhnya berpartisipasi dalam konspirasi peretasan.
Departemen Kehakiman AS mengatakan pada Februari bahwa pihaknya berencana untuk terus mengupayakan ekstradisi bagi Assange untuk menghadapi tuduhan konspirasi peretasan.
Baca juga: Korea Utara Ancam Putus Hubungan Diplomatik dengan Malaysia Setelah Warganya Diekstradisi ke AS
Moris mengatakan ia dan Julian Assange berencana untuk segera menikah di penjara Belmarsh dengan keamanan tinggi, tempat dia ditahan.
Kejaksaan AS dan pejabat keamanan Barat menganggap Assange sebagai musuh nekat negara yang tindakannya mengancam nyawa agen yang disebutkan dalam informasi yang bocor.
Namun pendukungnya menganggap Julian Assange sebagai pahlawan anti-kemapanan yang mengungkap kesalahan AS di Afghanistan dan Irak.
Para pendukungnya mengatakan penuntutan terhadap Assange adalah serangan bermotivasi politik terhadap jurnalisme yang memberikan kebebasan bagi rezim penindas di seluruh dunia.
WikiLeaks menjadi terkenal ketika menerbitkan video militer AS pada tahun 2010 yang menunjukkan serangan tahun 2007 oleh helikopter Apache di Baghdad yang menewaskan selusin orang, termasuk dua staf berita Reuters.
Baca juga: Malaysia Tak Akan Ekstradisi Muslim Uighur ke China, Bahkan jika Diminta China
Upaya untuk mengekstradisi Julian Assange diluncurkan pada 2019 setelah dia ditahan di London setelah berlindung di kedutaan Ekuador di ibukota Inggris selama tujuh tahun untuk menghindari diekstradisi ke Swedia.
Hakim Inggris Vanessa Baraitser mengatakan pada Januari bahwa dia memahami argument hukum pihak AS, namun dia menolak permintaan AS untuk ekstradisi karena kondisi kesehatan mental Assange yang memungkinkan ia akan bunuh diri jika diekstradisi.
Moris, yang memiliki dua anak laki-laki dengan Assange kelahiran Australia, mengatakan tunangannya itu dalam kondisi mental yang rendah namun ia tetap berjuang.
Dia menyamakan perlakuan yang diterima tunangannya dengan beberapa jurnalis diperlakukan di China dan Arab Saudi.
"Saya pikir tidak ada keraguan bahwa Julian tidak akan selamat dari ekstradisi," katanya.
Baca juga: Kerap Jadi Tempat Buronan Bersembunyi, Singapura Belum Miliki Perjanjian Ekstradisi dengan Indonesia
Dia berpendapat bahwa setiap demokrasi yang kuat harus mengakomodasi perbedaan pendapat internal. "Sebuah negara adidaya yang memiliki pers bebas sangat berbeda sifatnya dengan yang tidak,” katanya.
Moris berharap kasus itu akan dilihat secara berbeda di bawah pemerintahan Biden. Tetapi ia menolak untuk mengatakan apakah tim hukumnya telah mengadakan pembicaraan dengan para pejabat AS.
Terlepas dari harapan itu, dia mengatakan pasangan itu berencana untuk segera menikah di Belmarsh, setelah dokumen selesai, daripada menunggu untuk mendengar nasibnya.
Dia mengatakan Assange cukup mendapat semangat besar baru-baru ini ketika dua putranya diizinkan untuk berkunjung dan bertemu dengannya untuk pertama kali dalam lebih setahun ini.
"Dia sangat senang melihat kami, tapi dia berjuang," katanya. "Dia sangat rendah (kondisinya) tetapi dia berjuang. Dia memiliki harapan bahwa ini akan segera berakhir,” katanya. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)