Lansia di Pittsburgh AS Meninggal Setelah Disuntik Dosis Kedua Moderna
Dokter di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) telah melaporkan kasus kematian pertama yang diyakini terjadi akibat pembekuan darah parah
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, PITTSBURGH - Dokter di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) telah melaporkan kasus kematian pertama yang diyakini terjadi akibat pembekuan darah parah terkait vaksin virus corona (Covid-19) Moderna.
Laporan ini mengacu pada seorang laki-laki lanjut usia (lansia) yang meninggal setelah beberapa hari menerima dosis kedua vaksin tersebut.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (29/6/2021), profesional pada bidang kesehatan di Jaringan Kesehatan Allegheny di Pittsburgh melaporkan kasus tersebut pada hari Senin kemarin.
Mereka mencatat bahwa seorang laki-laki berusia 65 tahun tiba di rumah sakit dengan kondisi pembekuan darah yang serius yang dikenal sebagai trombosis dengan trombositopenia (TTS).
Ini terjadi hanya 10 hari setelah ia menerima dosis kedua vaksin Moderna.
Pasien yang tidak disebutkan namanya itu ternyata juga menderita penyakit penyerta (komorbid) hipertensi kronis dan kadar kolesterol tinggi.
Para dokter pun enggan menyimpulkan gejalanya konsisten dengan pembekuan yang diinduksi vaksin yang juga dikenal sebagai VITT.
Baca juga: Update Corona Global 29 Juni 2021: Jumlah Kematian Akibat Covid-19 Capai 3,9 Juta
"Distribusi trombosis, terutama trombosis sinus vena serebral adalah karakteristik VITT atau TTS," tulis para dokter dalam artikel jurnal yang diterbitkan di Annals of Internal Medicine.
Mereka mengatakan bahwa temuan ini 'memenuhi definisi kasus sementara VITT atau TTS' yang ditetapkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS dan tes darah lebih lanjut yang memperkuat kemungkinan kondisi terkait vaksin.
Kendati demikian, para dokter memperingatkan bahwa penyebab lain terkait kondisi pembekuan darah ini tetap tidak dapat dikesampingkan.
Laporan temuan kasus meninggal di Pittsburgh ini tentunya akan menjadi kasus pembekuan darah pertama yang diketahui terkait dengan vaksin berdasarkan messenger RNA atau materi genetik yang terletak di dalam sel, yang dikembangkan oleh Moderna dan Pfizer.
Sementara itu, sejumlah penerima vaksinasi AstraZeneca dan Johnson & Johnson telah mengembangkan kondisi pembekuan darah, termasuk diantaranya beberapa kasus fatal.
Perlu diketahui, vaksin tersebut menggunakan teknologi yang berbeda dan sebaliknya didasarkan pada adenovirus yang dinonaktifkan.
Pembekuan darah bukan merupakan satu-satunya efek samping yang muncul terkait vaksinasi.
Pekan lalu, CDC AS melaporkan lebih dari 1.200 kasus kelainan langka yang dikenal sebagai miokarditis atau radang jantung pada mereka yang menggunakan vaksin Pfizer dan Moderna.
Angka kasus kelainan langka ini bahkan mencapai sekitar 12,6 per juta dosis.
Perlu diketahui, komplikasi pembekuan darah yang sedang berlangsung dengan penggunaan vaksin AstraZeneca dan J&J juga telah mendorong beberapa negara untuk melakukan penundaan.
Negara di Eropa seperti Denmark bahkan memilih untuk melanjutkan penundaannya pada Jumat lalu.