Bangladesh Lockdown, Tentara dan Polisi Suruh Pulang Orang yang Keluar Rumah Kecuali Darurat
Jalan-jalan di Dhaka sepi dan tentara serta polisi menegakkan aturan lockdown ketat di Bangladesh, dengan memeriksa warga yang meninggalkan rumah
Editor: hasanah samhudi
Bangladesh telah melaporkan hampir 900.000 infeksi dan lebih dari 14.500 kematian akibat virus, tetapi para ahli mengatakan jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi karena tidak dilaporkan.
Baca juga: Palsukan Ribuan Tes Covid-19 Jadi Negatif, Pemilik RS di Bangladesh Ditangkap Polisi
Baca juga: Pekerja Garmen di Bangladesh Kembali Bekerja di Tengah Lockdown
Menurut sebuah studi baru-baru ini oleh Pusat Penelitian Penyakit Diare Internasional yang berbasis di Dhaka, lebih dari dua pertiga kasus virus baru di Dhaka adalah varian Delta.
Keputusan untuk menerapkan lockdown ketat diambil setelah varian Delta menyerang di tengah lockdown yang longgar, sehingga memperburuk situasi.
“Kami berharap langkah-langkah keras ini akan berhasil. Kami harus menahan virus dengan cara apa pun,” kata juru bicara Departemen Kesehatan Robed Amin kepada kantor berita AFP.
Tapi Sagar, seorang penjual makanan jalanan berusia 18 tahun di Dhaka, marah atas pembatasan ini.
“Pemerintah memberlakukan penguncian hanya untuk membunuh orang miskin. Tidak akan ada pekerjaan untuk kami, tidak ada bantuan dari siapa pun,” katanya kepada AFP.
Baca juga: Diplomat Bangladesh di Arab Saudi Positif Mengidap Covid-19
Baca juga: Bangladesh Pantau Sejumlah Pengguna TikTok yang dicurigai, Begini Ceritanya
Mereka yang dikecualikan dari lockdown adalah pabrik garmen yang memasok perusahaan besar i H&M dan Walmart. Sektor ini merupakan eksportir utama tetapi menghadapi persaingan ketat dari China dan Vietnam.
Otoritas kesehatan mengatakan mereka akan melanjutkan upaya vaksinasi di negara itu mulai Kamis ini.
Tahap pertama terhenti ketika India berhenti mengekspor vaksin AstraZeneca awal tahun ini untuk fokus pada kebutuhan domestiknya.
Bangladesh mengharapkan pada akhir minggu pengiriman pertama dari 2,5 juta vaksin Moderna yang dijanjikan oleh Amerika Serikat.
Seorang pejabat kedutaan China mengatakan Beijing juga mengirimkan sekitar dua juta dosis vaksin Sinopharm yang dibeli Dhaka, menambah 1,1 juta suntikan yang sudah disumbangkan oleh China.
Menurut para ahli kesehatan dan kritikus pemerintah, lockdown terbatas beberapa waktu lalu dan kurangnya penegakan yang tepat menyebabkan penyebaran virus di negara itu, kata Chowdhury dari Al Jazeera.
“Kecuali ada penegakan yang lebih ketat, penyebarannya dapat mengakibatkan Bangladesh mengalami lebih banyak penguncian dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.” (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)