Relawan Jemput Mayat dari Rumah ke Rumah, Myanmar Diprediksi Jadi Negara Penyebar Tercepat Covid-19
Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (HAM) di Myanmar pada pekan lalu memperingatkan bahwa negara itu berisiko
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, YANGON - Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (HAM) di Myanmar pada pekan lalu memperingatkan bahwa negara itu berisiko 'menjadi negara penyebar super virus corona (Covid-19).
Pada hari Senin kemarin, Tim Negara PBB di Myanmar juga menyampaikan bahwa gelombang infeksi baru dapat menjadi bencana besar bagi negara berpenduduk 54 juta orang itu.
"Wabah Covid-19 saat ini diprediksi memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi kesehatan penduduk dan ekonomi," kata tim itu dalam sebuah pernyataan.
Perlu diketahui bahwa saat ini di Myanmar, relawan medis dilaporkan 'mendatangi rumah ke rumah' untuk mengumpulkan jumlah korban yang meninggal, termasuk di Yangon, ibu kota negara itu.
"Setiap hari tim saya mengumpulkan antara 30 sampai 40 mayat, saya pikir tim lain akan sama seperti kami. Kadang-kadang, kami menemukan dua mayat dalam satu rumah," kata salah satu relawan, Than Than Soe.
Sementara itu, sebagian besar rumah sakit di seluruh penjuru Myanmar dalam keadaan kosong, tidak ada dokter dan pasien di sana.
Ini karena pemogokan jangka panjang yang mereka lakukan terhadap para jenderal militer yang merebut kekuasaan pemerintahan sejak Februari lalu.
Baca juga: Tak Hanya Indonesia, Kasus Covid-19 Juga Melonjak Tajam di Malaysia, Thailand, Vietnam dan Myanmar
Kemarahan yang meluas pada kudeta dan ketakutan untuk bekerja sama dengan militer juga diduga membuat mayoritas masyarakat menjauhi rumah sakit yang dikelola oleh militer.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Selasa (20/7/2021), fenomena ini tentunya membuat banyak warga yang sekarat kehabisan oksigen bahkan akhirnya meninggal di rumah.
Para relawan pun kini sibuk mencari oksigen dan membawa orang mati dari rumah ke rumah untuk dikremasi.
Pada hitungan terbarunya, negara itu telah melaporkan sekitar 230.000 kasus Covid-19 dan setidaknya 5.000 kematian.
Namun para pengamat mengatakan jumlah sebenarnya kemungkinan jauh melampaui angka yang dilaporkan, karena banyak pula kematian yang terjadi di rumah.
Pekan lalu, militer meminta dokter dan perawat untuk menjadi relawan dalam upaya penanganan Covid-19.
Karena mereka mengaku menghadapi 'kesulitan' dalam mengendalikan lonjakan kasus baru.
Media pemerintah pun melaporkan pada hari Sabtu lalu bahwa pihak berwenang segera mencari pasokan oksigen dari negara tetangga seperti Thailand dan China.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.