Penyesalan Pasien Covid-19, Dulu Menolak Vaksin Karena Terpengaruh Hoaks di Medsos
Sekitar setengah dari pasien ini sebelumnya memilih tidak mengikuti program vaksinasi, yang sekarang sangat mereka sesali.
Editor: Hasanudin Aco
Ini mencerminkan peningkatan kasus di masyarakat Inggris, yang naik sepertiga hanya dalam minggu lalu, menjadi hampir 400 kasus positig per 100.000 orang.
Seperti yang telah lama terjadi, kaum muda adalah yang mendorong kenaikan kasus ini. Kasus positif di kalangan remaja mencapai 750 per 100.000 orang. Situasi yang sama terjadi di antara mereka yang berusia 20-tahun.
![Abderrahmane Fadil masih berusaha untuk benar-benar pulih dari kondisi kesehatan yang menurun pasca terjangkit Covid-19.](https://ichef.bbci.co.uk/news/800/cpsprodpb/98DF/production/_119453193_white.jpg)
Meskipun beberapa dari mereka akhirnya dirawat di rumah sakit, pasien yang ada sekarang rata-rata lebih muda daripada gelombang sebelumnya yang didominasi orang berusia usia 30-an dan 40-an tahun.
"Beberapa pasien telah menerima dua dosis vaksin dan mengalami penyakit yang lebih ringan. Mereka bertahan hidup dengan Cpap (ventilasi non-invasif dengan oksigen). Tanpa vaksin mereka mungkin akan mati," kata dokter Abid Aziz.
"Pasien yang lain baru saja mendapatkan dosis vaksin pertama sehingga tidak sepenuhnya terlindungi dari virus corona.
"Yang mengkhawatirkan, sekitar setengah dari pasien di bangsal hari ini belum divaksin. Saya berhenti bertanya mengapa, karena mereka jelas malu."
Abderrahmane Fadil, guru IPA berusia 60 tahun yang memiliki dua anak kecil, juga menyayangkan keputusannya tidak mengikuti vaksinasi.
Dia berpikir dua kali untuk divaksin karena vaksin dia anggap ditemukan dalam waktu cepat. Sekitar tiga perempat dari populasi orang dewasa di Bradford telah mendapatkan dosis pertama vaksin, sementara persentase nasional di Inggris mencapai 87%.
Fadil berakhir dalam perawatan intensif selama sembilan hari. Ini adalah pertama kalinya dia menghabiskan malam di rumah sakit sejak pindah dari Maroko pada tahun 1985.
"Sangat menyenangkan untuk hidup," katanya.
"Istri saya divaksin. Saya tidak. Saya menolak. Saya memberi diri saya waktu, saya berpikir bahwa dalam hidup saya, saya hidup dengan virus, bakteri, dan saya pikir sistem kekebalan saya cukup baik.
"Dan saya memiliki gejala Covid-19 pada awal pandemi dan berpikir mungkin saya mengidapnya. Saya pikir sistem kekebalan saya akan mengenali virus dan saya akan memiliki pertahanan.
"Ini adalah kesalahan terbesar dalam hidup saya. Keputusan itu hampir mengorbankan hidup saya. Saya telah membuat banyak keputusan konyol dalam hidup saya, tetapi ini adalah yang paling berbahaya dan serius," ujarnya.
Fadil meninggalkan rumah sakit hampir sebulan yang lalu, tapi sekarang kondisinya masih belum sehat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.