China Menolak Permintaan WHO untuk Buka Akses Penelitian Asal-Usul Covid-19
China menolak tahap lanjutan dari rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidiki asal usul virus corona.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - China menolak tahap lanjutan dari rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidiki asal usul virus corona.
Dilansir BBC, WHO ingin mengaudit semua laboratorium di tempat dimana virus corona pertama kali diidentifikasi.
Namun rencana ini ditolak Wakil Menteri Kesehatan China, Zeng Yixin yang menyebut tindakan itu "tidak menghormati akal sehat dan arogansi terhadap sains".
Pakar WHO sebelumnya menilai bahwa sangat tidak mungkin virus corona baru penyebab pandemi Covid-19 berasal dari laboratorium China.
Namun teori soal ini masih menjadi perbincangan hingga kini.
Baca juga: Penyelidikan Tahap 2 Asal Covid-19, China Tolak WHO Audit Laboratorium dan Fasilitas di Wuhan
Baca juga: WHO Khawatir Muncul Varian Baru Covid-19 yang Lebih Kuat dan Berbahaya
Diketahui, tim WHO pada Januari 2021 lalu mengunjungi Kota Wuhan di Provinsi Hubei, tempat terjadinya kasus Covid-19 pertama kali.
Awal bulan ini, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan persyaratan fase penyelidikan asal usul virus corona selanjutnya.
Salah satunya yakni menyelidiki lembaga penelitian sais tertentu.
Tedros juga meminta agar China lebih kooperatif tentang tahap awal wabah.
Dia mendesak Beijing untuk transparan dan bekerja sama dengan para penyelidik, serta memberikan data mentah pasien yang belum dibagikan selama penyelidikan pertama.
Dalam konferensi pers pada Kamis (22/7/2021), Zeng mengaku terkejut dengan proposal WHO ini.
Menurutnya, WHO fokus pada dugaan pelanggara protokol pada laboratorium China.
Zeng mengatakan bahwa China tidak mungkin menerima persyaratan ini dan mengaku telah mengajukan penelusuran sendiri.
"Kami berharap WHO akan secara serius meninjau pertimbangan dan saran yang dibuat oleh para ahli China dan benar-benar memperlakukan penelusuran asal virus Covid-19 sebagai masalah ilmiah, dan menyingkirkan campur tangan politik," kata Zeng.
Pada Kamis, Amerika Serikat mengkritik China dengan menyebut "tidak bertanggung jawab" dan "berbahaya".
"Ini tentang menyelamatkan nyawa di masa depan dan ini bukan saatnya untuk menjadi penghalang," ujar Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
Awal tahun ini, Presiden Joe Biden memerintahkan pejabat intelijen untuk memperkuat investigasi terhadap pademi.
Terhitung sudah ada 4,1 juta orang di dunia yang menjadi korban pandemi virus corona.
Menurut catatan Worldometers pada Jumat (23/7/2021), kini ada 193,4 juta kasus infeksi terhitung sejak awal pandemi muncul.
Sementara itu jumlah pasien yang sembuh sebanyak 175,7 juta.
Baca juga: Militer AS Sulit Cegah Jika Pasukan China Tiba-tiba Duduki Taiwan
Baca juga: Studi Terbaru Sebut Virus Corona Lebih Dahulu Muncul di Eropa, Bukan di China
Berdasarkan kasus, AS duduk di posisi pertama dengan angka infeksi terbanyak di dunia.
Di bawahnya menyusul India, Brasil, Rusia, Prancis, Inggris, Turki, Argentina, Kolombia, dan Italia.
Indonesia sendiri ada di urutan ke-14, dengan total 3 juta kasus infeksi dan 79 ribu total kematian.
Indonesia pada Kamis (22/7/2021) mencatat tambahan kasus Covid-19 sebanyak 49.509.
Angka tersebut meningkat dibanding dengan sehari sebelumnya pada Rabu (21/7/2021), yakni sebanyak 33.772 kasus.
Berita terkait Virus Corona
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)