IMF: Kesenjangan Antara Kaya dan Miskin Melebar Karena Ketidakadilan Vaksin
Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan kesenjangan pemulihan negara maju dan negara berkembang makin melebar lantaran ketidakadilan vaksin
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM – Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan kesenjangan pemulihan antara negara-negara kaya dan miskin dari pandemi telah melebar.
"Pemulihan ekonomi global terus berlanjut tetapi dengan kesenjangan yang melebar antara ekonomi maju dan banyak pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang," kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath kepada wartawan pada konferensi pers virtual, Selasa (27/7/2021).
Ekonomi global diperkirakan tumbuh 6 persen tahun ini dan 4,9 persen pada 2022. Prediksi ini tidak berubah dari perkiraan April, tetapi komposisi pemulihan telah berubah.
Pemulihan dari pandemi Covid-19 untuk ekonomi maju dengan tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi telah direvisi naik.
Dan pemulihan untuk negara berkembang dengan pendapatan per kapita yang lebih rendah dan akses vaksin yang lebih sedikit, telah direvisi ke bawah.
Baca juga: IMF Siapkan Pinjaman 50 Miliar Dolar AS untuk Tangani Pandemi Covid-19
Baca juga: IMF Proyeksi 3 Negara Bakal Pulih Penuh pada 2021, Bagaimana dengan Indonesia?
Laporan IMF itu menyebutkan bahwa akses vaksin telah muncul sebagai faktor utama di mana pemulihan global terbagi menjadi dua blok.
Blok pertama adalah negara-negara yang menunggu normalisasi aktivitas akhir tahun ini, yaitu hampir semua negara maju.
Blok kedua adalah negara-negara yang masih akan menghadapi munculnya kembali penularan Covid-19 dan tingkat kematian yang meningkat.
“Pemulihan, bagaimanapun, tidak terjamin bahkan di negara-negara di mana infeksi saat ini sangat rendah selama virus beredar di tempat lain,” ungkap laporan itu.
Gelombang baru kasus Covid-19 tahun ini, terutama di India, merupakan sumber utama ketimpangan yang semakin dalam antara negara kaya dan miskin.
Baca juga: IMF: Pandemi Covid-19 Bikin Orang Miskin Makin Miskin, dan yang Kaya Makin Kaya
Baca juga: IMF: Lockdown Kebijakan Paling Efektif Pulihkan Ekonomi yang Dihantam Covid-19
“Munculnya varian virus yang sangat menular dapat menggagalkan pemulihan dan menghapus empat setengah triliun dolar secara kumulatif dari PDB global pada tahun 2025,” Gopinath memperingatkan.
IMF mengatakan dalam laporannya bahwa prioritas utama adalah penyebaran vaksin secara global secara adil.
“Hampir 40 persen dari populasi di negara maju telah divaksinasi penuh, dibandingkan dengan 11 persen di ekonomi pasar berkembang, dan sebagian kecil di negara berkembang,” kata Gopinath.
Laporan menyebutkan, hingga akhir Juni, sekitar 3 miliar dosis vaksin Covid-19 telah diberikan di seluruh dunia, dan hampir 75 persen di antaranya berada di negara maju dan China.
Di negara-negara berpenghasilan rendah, kurang dari 1 persen populasi telah menerima satu dosis. Negara-negara berpenghasilan rendah terutama mengandalkan COVAX dan African Vaccine Acquisition Trust, yang telah mengirimkan kurang dari 100 juta dosis ke sekitar 90 negara.
Baca juga: IMF: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia -0,3 Persen Pada Tahun Ini
Baca juga: IMF: Ekonomi Dunia Masuki Resesi Terburuk Dibanding Krisis Keuangan Global
Lebih buruk lagi, negara-negara miskin dan bahkan pasar negara berkembang tidak memiliki akses ke dana yang diperlukan untuk membuat perekonomian kembali sehat.
Ekonomi maju, di sisi lain, melewati 4,6 triliun dolar AS dalam dukungan fiskal untuk tahun 2021 dan seterusnya. Di negara berkembang, sebagian besar tindakan berakhir tahun lalu.
Dan beberapa pasar negara berkembang seperti Brasil, Hongaria, Meksiko, Rusia, dan Turki juga mulai menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi yang melonjak yang dipicu oleh kemacetan rantai pasokan saat ekonomi dibuka kembali. Suku bunga yang lebih tinggi mendinginkan pertumbuhan ekonomi.
“Pandemi yang memburuk dan kondisi keuangan yang semakin ketat akan menimbulkan pukulan ganda bagi pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang dan sangat menghambat pemulihan mereka,” kata Gopinath.
Proposal staf IMF senilai 50 miliar dolar AS mencakup tujuan untuk memvaksinasi setidaknya 40 persen orang di seluruh dunia pada akhir 2021 dan 60 persen pada pertengahan 2022, bersama dengan diagnostik dan terapeutik.
Baca juga: IMF: Permintaan Minyak Global Diprediksi Mencapai Puncak Tahun 2041
Proposal ini didukung bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia, dan Bank Dunia.
IMF juga menekankan perlunya likuiditas internasional untuk memerangi krisis, mengusulkan untuk mengalokasikan 650 miliar dolar AS dari mata uang cadangannya untuk membantu negara-negara mendanai kebutuhan pengeluaran mereka. (Tribunnews.com/UPI/Aljazeera/Hasanah Samhudi)