Tanggapi Ancaman AS-Inggris, Iran Peringatkan Akan Membalas Jika Keamanan Negara Terancam
Iran membalas ancaman Amerika Serikat dan Inggris terkait serangan ke kapal tanker dengan menyatakan akan membalas jika keamanan negaranya terancam
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan Senin (2/8/2021) bahwa negaranya akan menanggapi setiap ancaman terhadap keamanan negaranya.
Pernyataan ini dikeluarkan setelah Amerika Serikat, Inggris dan Israel menuduh Iran berada di balik serangan terhadap sebuah kapal tanker Mercer Street di lepas pantai Oman.
Sejauh ini, Iran telah membantah terlibat dalam serangan yang terjadi pada Kamis (29/7/2021) itu dan menewaskan dua orang, yaitu warga Inggris dan warga Rumania
Hari Minggu (1/8/2021), AS dan Inggris menyatakan akan bekerja sama dengan sekutu untuk menanggapi serangan terhadap kapal yang dikelola miliarder Israel itu.
Amerika Serikat dan Inggris mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka akan bekerja dengan sekutu mereka untuk menanggapi serangan di Mercer Street, sebuah kapal tanker produk minyak milik Jepang berbendera Liberia yang dikelola oleh Zodiac Maritime milik Israel.
Baca juga: Iran Bantah Tuduhan Soal Serangan ke Kapal Tanker: Ini Tanggapan Perdana Menteri Israel
Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Diminta Memberlakukan Lockdown yang Diawasi Militer
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menggambarkan insiden itu sebagai "jelas serangan yang tidak dapat diterima dan keterlaluan terhadap pengiriman komersial".
"Iran harus menghadapi konsekuensi dari apa yang telah mereka lakukan," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kepada wartawan, Senin (2/8/2021). Inggris memanggil Duta Besar Iran pada hari Senin.
Dikutip dari Channel News Asia, kantor berita semi resmi Iran, Fars, menyebutkan bahwa Iran juga memanggil Kuasa Usaha Inggris dan utusan utama Rumania di Teheran atas tuduhan negara mereka terhadap Republik Islam.
Tidak Ragu
Menanggapi ancaman Inggris dan AS, Iran menyatakan akan mempertahankan dan melindungi keamanan negaranya.
"Iran tidak ragu-ragu dalam melindungi keamanan dan kepentingan nasionalnya dan akan segera menanggapi setiap petualangan yang mungkin terjadi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh, seperti dikutip televisi pemerintah Iran.
Baca juga: Kapal Tanker Minyak di Lepas Pantai Suriah Terkena Serangan Pesawat Tak Berawak
Baca juga: Kapal Tanker Raksasa Bergerak Melayang di Antara Air Laut dan Langit di Inggris, Ini Faktanya
Bahkan seorang pejabat Iran yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada kantor berita Iran Nournews sebelumnya bahwa Teheran menganggap ancaman pejabat Barat dan rezim Zionis (Israel) lebih merupakan isyarat propaganda.
"Dan Washington dan London akan bertanggung jawab langsung atas konsekuensinya," kata pejabat itu, yang dekat dengan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
Angkatan Laut AS, yang mengawal kapal tanker dengan kapal induk USS Ronald Reagan, mengatakan pada hari Sabtu lalu bahwa indikasi awal dengan jelas menunjuk ke serangan pesawat tak berawak.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menuduh Teheran mencoba mengelak dari tanggung jawab atas serangan itu dan menyebut pengecut penyangkalan Iran itu.
Sementara Menteri Luar Negeri Israel mengatakan pada hari Minggu lalu bahwa insiden itu pantas mendapat tanggapan keras.
Baca juga: AS Sita Kapal Tanker Pengangkut Minyak ke Korea Utara karena Langgar Sanksi Internasional
Baca juga: Kapal Tanker Iran dan Panama Diduga Transfer BBM Ilegal di Perairan Pontianak Segera Diinvestigasi
Iran dan Israel terlibat dalam saling tuduh melakukan serangan terhadap kapal masing-masing dalam beberapa bulan terakhir.
Ketegangan meningkat antara Iran dan Israel sejak 2018 ketika Presiden AS Donald Trump membatalkan kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan enam kekuatan dunia dan menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.
Israel telah menyuarakan keprihatinan tentang upaya Iran dan pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menghidupkan kembali pakta nuklir, di mana Iran mengekang kerja nuklirnya yang sensitif dengan imbalan pencabutan sanksi. (Tribunnews.com/AlArabiya/CNA/Hasanah Samhudi)